Saturday, June 18, 2011

Moving


Moving atau pindahan!!! Hal yang sebenarnya paling saya benci. Rasa kurang nyaman dengan pindahan ini adalah hal yang sangat manusiawi karena seseorang cenderung malas untuk meninggalkan zona nyaman. Membayangkan harus membereskan barang, angkut-angkut, merapikan barang di tempat yang baru, ganti alamat dan lain-lain, memang jadi faktor-faktor keberatan saya jika harus pindahan.

Sewaktu undergraduate, saya termasuk yang tidak pernah pindah tempat kos. Dulu pernah sempat berpikir untuk cari tempat kos baru karena tarif di kos yang lama naik. Tetapi setelah mencari dan mengunjungi beberapa tempat kos, tempat kos yang lama kok terlihat lebih nyaman dan murah ya. Alhasil saya urungkan niat untuk pindah kos hingga saya akhirnya lulus apoteker.

Lulus dari perguruan tinggi di Jogja, saya diterima kerja di Universitas swasta di Solo. Karena malas pindahan, saya nekad "nglaju" atau jadi komuter Jogja-Solo selama 1 bulan. Tapi ternyata....capeeekkkkk deh......serasa tua di jalan dan jadi tidak efektif. Setelah pulang, saya jadi tidak bisa mengerjakan pekerjaan yang lain. Akhirnya, saya mulai mencari tempat kos di Solo, dan pindahan lagi.

Tempat kos saya di Solo ini termasuk nyaman, bagus dan murah. Ibu Kos nya pun baik hati. Saya tentu betah sekali dan tidak melirik kos yang lain untuk pindah. Sampai akhirnya saya memutuskan pindah ke Bandung karena mengambil program Master di ITB. Hufff...terulang lagi peristiwa cari kos dan pindahan.

Pertama di Bandung, saya dapat tempat kos di daerah Cisitu Baru. Tempatnya bagus dan cukup nyaman, dekat pula dengan Pasar Simpang Dago. Tempat ideal memang untuk saya karena daerah ini merupakan tempat ideal untuk jajan dan membeli makanan. Hanya saya merasa kesepian di tempat baru ini. Di Kos Cisitu ini penghuninya mencapai 35 orang, sehingga kami saling tidak mengenal satu sama lain. Bagi saya yang terbiasa dengan budaya kos-kos-an di daerah Jogja dan Solo, keadaan seperti ini sangat tidak nyaman. Di kos Jogja dan Solo, sesama penghuni kos saling mengenal satu sama lain dan menyempatkan bertegur sapa.

Niat mencari tempat kos dengan penghuni yang lebih sedikit akhirnya tercapai. Teman saya di kampus menawarkan kos di dekat rumahnya, daerah Kebon Bibit, yang penghuni kosnya hanya sekitar 4-5 orang. Jumlah penghuni ideal menurut saya, karena dengan jumlah penghuni yang tidak terlalu banyak ini, kita bisa saling mengenal satu sama lain. Menginjak bulan keempat di Bandung, saya pun pindah ke tempat kos di Kebon Bibit ini. Alhamdulillah, suasananya nyaman, seperti yang saya harapkan. Saya pun bertahan ditempat ini hingga menyelesaikan program master saya.

Kembali ke Solo, saya pun booked tempat kos yang lama. Sekali lagi karena saya sudah merasa nyaman ditempat ini. Sampai akhirnya, alhamdulillah, saya memiliki rumah di Solo. Rumah sudah jadi, tapi untuk pindahan dari tempat kos ke rumah......maleeeessssss banget. Saya membayangkan sangat tidak nyaman jika harus tinggal sendirian dirumah, tentu akan lebih nyaman tinggal di tempat kos yang banyak temannya untuk ngobrol. Rumah saya akhirnya hanya jadi penginapan sementara, jika ortu atau ada saudara saya datang, maka saya pun tinggal di rumah itu. Begitu mereka pulang, saya pun kembali ke tempat kos di Mendungan.

Sampai akhirnya, saya harus berangkat melanjutkan sekolah ke Nottingham, barulah saya total pindahan ke rumah tersebut. Ya, karena kontrak di tempat kos itu sudah habis dan saya harus membereskan barang-barang saya yang tidak mungkin ditinggal di Kos Mendungan. Itupun disertai dengan tindakan menginap di kos mendungan tiap malam, hingga akhirnya saya berangkat ke Nottingham.

Di Nottingham, saya tinggal dengan keluarga teman. Kebetulan mereka punya kamar kosong yang bisa di share. Sampai akhirnya, di akhir tahun kedua saya di Nottingham, saya harus pindah lagi. Teman saya dan keluarganya harus pulang kembali ke Indonesia. Saya harus pindah atau moving lagi tentunya......................dan saya benci ini. Padahal saya sudah nyaman sekali tinggal ditempat yang lama itu. Saya sudah merasa akrab dengan jalan-jalan di daerah itu, dengan sopir bis yang melintas di daerah itu, dan terpenting sudah akrab dengan sesama penumpang di bus stop daerah itu. Salah satunya ya Simbah itu.

Saya pun dapat tempat baru nyaman, share dengan keluarga dari Indonesia juga. Saat menjelang pindahan adalah saat yang paling tidak saya sukai. Harus packing barang-barang, angkut-angkut dan menata di tempat yang baru. Belum lagi saat itu adalah awal Juni, bulan yang paling gawat bagi saya. Di bulan Juni ini saya harus menyiapkan 2 talk presentasi di grup, 1 presentasi poster, dan 2nd year report!!! Rasanya kalo bisa memilih, saya memilih untuk tidak pindah sampai semua report saya selesai. Barang-barang saya pun ternyata sudah mengembang 4 kali lipat dari semenjak saya tiba di Nottingham. Ini juga yang membuat saya bertekad untuk tidak belanja membeli barang-barang sampai saya lulus nanti. Sepertinya saya bisa menjalani ini. Tiga minggu di tempat baru ini, saya hanya belanja barang consumable dan belum belanja barang-barang yang tidak perlu. Lets see, berapa bulan saya bertahan dengan tekad ini.

Ditempat yang baru ini, bus stop nya tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya perlu waktu semenit untuk jalan dari tempat tinggal baru ini ke bus stop. Pilihan bus nya pun lebih banyak, karena tempat tinggal saya yang baru ini terletak di jalan raya. Disini sekarang saya menunggu bus:




View Larger Map

Teman sesama penunggu bus di bus stop ini juga berganti. Cuma saya belum mendapatkan teman ngobrol selama menunggu bus di tempat ini. Eh, tapi ada sesama student Uni Nottingham juga yang sering bareng dengan saya berangkat dari bus stop ini. Hingga saat ini, hanya sapaan "morning" yang saya dapatkan. Mungkin nanti bisa meningkat jadi teman ngobrol seperti Simbah itu.



-Saturday afternoon at Queens Road-