Sunday, December 12, 2010

Engagement




















Saya sedang mengencerkan larutan gelatin dengan perbandingan 1: 20 ketika Vanessa datang. "Morning", sapaan ramahnya muncul. Vanessa, gadis Jerman, first year student di lab saya, memulai PhD nya September 2010 ini. Ahh...kebetulan Vanessa sudah datang. Hari ini saya memerlukan feeder layer untuk mengkultur mouse embryonic stem cells, tapi saya kehabisan feeder layer untuk minggu ini karena saya tidak punya lagi sel fibroblast untuk membuat feeder layer. "Morning Vanessa", saya membalas salamnya. "Vanessa, would you give me two flasks of your feeder cells?" saya memberanikan diri bertanya. "It would be fine, Anita. I only need two flasks to keep my cells growth", jawab Vanessa.

Sembari saya memfilter larutan gelatin kedalam T25 flask dan Vanessa membersihkan cell culture hood, kami saling bercerita tentang perkembangan lab work kami, dan semakin pendeknya waktu yang tersedia karena semakin mendekati liburan Christmas. Vanessa juga bercerita bahwa supervisornya sudah menagih report untuk mini project yang dia kerjakan sekarang. Tiba-tiba dia bertanya pada saya, "Can I tell a secret to you?". Waduh....apa lagi nih, apakah dia merasa tertekan jadi PhD student yang selalu merasa kekurangan waktu?

"Anita, I am engaged now," dia berkata dengan mata berbinar. "Sorry?" saya kurang jelas mendengar apa yang dia maksud. "Yes, I am engaged with my boyfriend. He proposed me to marry yesterday". jelasnya. Wowww, congratulations Vanessa......!!!

*************************

Dari definisi kamus Cambridge Advanced Dictionary yang saya miliki, kata "Engaged" memiliki arti "having formally agreed to marry". Pasangan yang menyatakan statusnya sebagai "engaged" berarti sudah dipastikan akan menikah. Pada kasus Vanessa ini, dia dan boyfriend-nya berjanji untuk menjadi pasangan yang menikah. Saya pun menanyakan pada Vanessa kapan mereka akan menikah, apakah tahun depan? Well, Vanessa bilang tidak mungkin tahun depan. Masih banyak kendala yang dia hadapi untuk segera menikah. Vanessa berkebangsaan Jerman, sedangkan si boyfriend adalah orang British. Untuk menikah, mereka harus melakukannya di Jerman sedangkan saat ini mereka berdua masih sama-sama berstatus PhD student di UK, sehingga tentunya akan merepotkan untuk mengurus pernikahan mereka. Itu alasan Vanessa kenapa mereka tidak bisa segera menikah.

Lalu, apa bedanya ya dengan status mereka yang selama ini sudah hidup bersama? Saya tahu bahwa Vanessa sudah tinggal satu rumah bersama dengan boyfriend-nya sejak 2 tahun terakhir ini. Ya, mereka tinggal bersama semenjak Vanessa masih berstatus karyawan sebuah perusahaan farmasi terkenal di Inggris. Tanpa engaged pun mereka juga bisa hidup bersama dan tinggal satu rumah, tanpa menikah juga, tentunya. Hmmm....analisa saya adalah, status engaged dimata mereka setidaknya lebih menjanjikan dibandingkan hanya "hidup bersama", isn't it?

Kalau bisa disejajarkan dengan keadaan di Indonesia, status engaged ini mungkin hampir sama dengan status tunangan. Dalam keluarga besar saya, status tunangan ini baru akan muncul jika sudah ada "tembung" antara keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita, dalam bentuk lamaran. Masa setelah lamaran hingga menikah ini yang disebut sebagai tunangan. Biasanya, jeda waktu antara lamaran hingga menikah, juga tidak terlalu lama, hanya sekitar 3-6 bulan, sembari mempersiapkan pernikahan, bahkan kadang bisa kurang dari 3 bulan. Dalam masa tunangan, tentunya belum bisa hidup bersama, karena belum ada ikatan pernikahan. Hidup bersama tentunya dimulai setelah adanya ijab dan qabul.

Saya bukan ahli sosiologi, sehingga tidak tahu apakah perbedaan ini dipengaruhi oleh budaya, agama, agama yang mempengaruhi budaya atau apa penyebabnya. Disini, di negara tempat saya belajar saat ini,memang banyak sekali pasangan yang hidup bersama tanpa menikah, bahkan tanpa engagement juga. Salah seorang teman lab saya jugapernah bercerita bahwa ayah dan ibunya tidak pernah menikah. Dan dia dengan bangganya bercerita bahwa meskipun ayah-ibunya tidak menikah, mereka tetap rukun hingga saat ini, 30 tahun hidup bersama. Yang ada dalam pikiran saya, kalo tetap rukun selama 30 tahun hidup bersama, kenapa mereka tidak menikah sekalian? Saya kira itu bukan urusan yang penting untuk dibahas karena saya juga menghormati hak mereka untuk hidup bersama tanpa menikah.

Yah....memang manusia diciptakan berbeda-beda, termasuk dalam cara berpikir, berbudaya dan gaya hidup. Itulah yang membuat saya merasa bersyukur bahwa saya diberi kesempatan untuk melihat semua perbedaan ini. Hal seperti ini mungkin akan sangat jarang saya temui di Indonesia. Eh....tapi katanya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung bahkan Jogja, gaya hidup seperti Vanessa dan boyfriend-nya sudah mulai marak. Entahlah, saya tidak tahu pasti, tapi saya berharap berita itu tidak benar.

Anyway, saya tetap merasakan kebahagiaan yang saat ini sedang dirasakan oleh Vanessa. Engagement setidaknya lebih menjanjikan kepastian dibandingkan hanya hidup bersama. Saya harus menambahkan ucapan selamat atas engagement-nya dalam Christmas Card yang akan saya berikan pada Vanessa minggu depan. Christmas Card yang saya tulis sebagai balasan atas Christmas Card yang sudah Vanessa letakkan di meja saya beberapa hari yang lalu.




Nottingham, 11 Dec 2010
*Warm Saturday night in winter season*