Saturday, October 25, 2008

Gaya Hidup Sehat

Ternyata tubuh manusia punya irama kehidupan tersendiri. Untuk gaya hidup yang lebih sehat, tentunya kita harus memperhatikan irama tubuh

Malam hari pk 9 - 11:

Adalah pembuangan zat- zat tidak
berguna/beracun (de-toxin) dibagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik. Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan.










Istirahat cukup.....baik untuk tubuh

Malam hari pk 11 - dini Hari pk 1:

Saat proses de-toxin
di bagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.

Dini hari pk 1 - 3:
Proses de-toxin di bagian empedu,
juga berlangsung dalam kondisi tidur.

Dini hari pk 3 - 5:

De-toxin di bagian paru-paru. Sebab
itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak perlu minum obat batuk agar supaya idak merintangi proses pembuangan kotoran.

Pagi pk 5 - 7:
De-toxin di bagian
usus besar, harus buang air di kamar kecil. Pagi pk 7 - 9:
Waktu penyerapan gizi makanan bagi usus
kecil, harus makan pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 6:30. Makan pagi sebelum pk 7:30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali.
Tidur terlalu malam dan bangun
erlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat tidak berguna. Selain itu,dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itu, tidurlah yang nyenyak dan jangan terlalu sering begadang.

Untuk menjaga kesehatan hati yang merupakan organ pemetabolisme dalam tubuh, beberapa tips berikut bisa di perhatikan:

1. Tidak tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang

2. Tidak makan yang berlebihan.

3. Biasakan makan pagi. Makan pagi akan menjaga kondisi tubuh lebih fit sepanjang hari.
Hmmmm.....delicious

4. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.

5. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.

6. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan hal ini
juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik sekalipun seperti olive oil. Jangan mengkonsumsi makanan yang digoreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.

Tentunya semua tips tersebut akan lebih baik jika diimbangi dengan olah raga yang cukup. Olahraga akan memacu seluruh proses yang ada dalam tubuh menjadi lebih lancar dan berimbang.

Mari biasakan hidup sehat karena SEHAT adalah GAYA HIDUP.

Sunday, October 12, 2008

Lebaran ala Danar

Hallo, salam kenal. Namaku Danar Pandu Satwika. Aku sudah minta ijin pada Bulik Nita untuk ikut nge-blog disini. Tentu boleh dong, aku 'kan keponakan Bulik Nita yang paling ngganteng.....Ini nih fotoku, supaya teman-teman lebih tau mengenai aku.














OOps fotonya kedekatan ya...

Lebaran tahun ini merupakan lebaran pertama untukku, jadi memang berkesan sekali. Tahun lalu, aku masih di dalam perut Mama. Oleh karena itu, aku ingin membagi cerita kepada teman-teman tentang pengalaman lebaran pertamaku. Kata Bulik Nita, ini adalah lebaran tahun 1429 menurut tahun hijriyah (apa itu ya....?).

Sabtu, 27 September 2008

Aku berangkat dari Jakarta bersama Mama dan Papa dengan menggunakan pesawat. Setelah aku berangkat, Eyang Kakung dan Eyang Putri menyusul lewat jalan darat. Mereka akan mampir dulu di Solo untuk menjemput Bulik Nita.
Ini pengalaman pertamaku naik pesawat. Alhamdulillah, semua berjalan baik. Sepanjang penerbangan aku tidur, jadi aku merasa semua baik-baik saja. Siang harinya aku sudah sampai di tempat Eyang Jaten.

Ahad, 28 September 2008
Aku diantar Eyang Jaten ke Stasiun Balapan untuk naik kereta Sancaka ke Madiun. Ya, aku bersama Mama dan Papa akan pergi ke Ponorogo, ke tempat Mbah Buyut. Kami semua akan berkumpul disana pada lebaran nanti.
Kata Mama, eyang kakung dan eyang putri sudah sampai di rumah Bulik Nita subuh tadi. Tapi mereka tidak bisa langsung menyusul ke Ponorogo hari ini juga, karena menunggu Paman Tiok dari Semarang. Mereka akan menuyusul besok Senin. Sampai jumpa hari senin di Ponorogo, aku kangen deh sama kalian.
Tengah hari, aku sudah sampai di rumah mbah buyut.

Senin, 29 September 2008
Aku terbangun karena mendengar suara-suara di ruang tengah. O..O....ternyata Eyang kakung dan putri, Bulik Nita dan Paman Tiok sudah tiba dari Solo. Sudah jam 8 malam saat ini. Aku senang mereka datang, jadi banyak teman. Tapi Mama menyuruhku tidur lagi. Aku gak mau, mereka aja belum pada tidur, kok aku disuruh tidur. Aku juga ingin ngobrol2 dengan mereka.
Malam ini aku tidur jam 12 malam.

Selasa, 30 September 2008
Hari ini hari terakhir puasa. tadi pagi aku juga ikut sahur bersama mereka, tapi aku gak makan.
Mama sudah menyiapkan stoples berisi kue di ruang tamu. Eyang putri dan Bulik Nita sedang memasak Opor dan Sambel goreng ati. Eyang kakung membuat ketupat. Aku dikasih ketupat sama eyang kakung, tapi ukurannya lebih kecil. Ya iya lah...secara aku memang masih kecil.
Seharian tadi aku habiskan untuk berjalan-jalan di seputar rumah Mbah Buyut. Capek juga, karena rumah mbah buyut besar. Untungnya aku pakai baby walker yang jadi kendaraanku.

Rabu, 1 oktober 2008

Lebaran sudah tiba. Begini ternyata kalo lebaran, suara takbir dimana-mana. Aku sudah mandi sejak habis subuh tadi karena aku akan ikut Sholat Ied di lapangan. Mama memberiku baju koko yang baru.














Pakai baju koko....cakep kan...

Kami sekeluarga sholat Ied di lapangan. Kecuali aku tentunya. Di lapangan sudah ramai orang berdatangan. Aku ikut di barisan Mama. Makin lama ternyata matahari semakin terik. Untungnya aku bisa tertidur sehingga mama langsung menutupiku dengan selimut supaya tidak kena teriknya matahari.

Pulang dari sholat Ied, kami segera menyerbu ketupat opor dan sambel goreng ati. Setelah makan, kami saling bermaaf-maaf-an. Acara ini namanya sungkeman.
Sungkem ke Mbah Buyut.

Jam 10, aku diajak Eyang kakung pergi ke Desa Jarak, tempat Eyang kakung kecil. Disana kami mengunjungi saudara-saudara Eyang kakung. Cuaca panas sekali, jadi aku penginnya minum terus. Aku minum air putih banyak sekali, sampai gumoh..... Aku jadi Danar Gelonggong deh...

Di tempat saudara eyang kakung banyak tanaman buah2an. Aku ikut memetik mangga disana.
Menyenangkan sekali bisa memetik mangga.

Nyolong...eh memetik mangga

Aku juga dapat sangu lebaran dari saudara eyang kakung. Ada yang memberi uang, ada yang ngasih biskuit astor. He..he...aku kan cuma boleh makan bubur karena belum punya gigi.
Tapi gak pa-pa deh....aku senang kok dengan pemberian ini. Aku merasa jadi orang, bukan orok lagi he...he..he...

Dari Desa Jarak, kami pulang lewat alun-alun. Ternyata masih sepi. Alun2 hanya ramai dimalam hari. Oke deh...nanti malam aku kesana.

Kamis, 2 Oktober 2008
Kami akan ke Solo, ke rumah Eyang Jaten. Banyak orang mengantarku ke tempat Eyang Jaten.
Kami berangkat jam 9 Pagi. Tengah hari, sudah masuk daerah Solo. Sebelum ke Eyang Jaten, kami mampir ke rumah bulik Nita dulu. Leyeh-leyeh dan sholat. Aku juga sempat numpang tidur disana.

Rumah Bulik Nita ternyata masuk kategori rumah "mewah" alias mepet sawah he..he.. (jangan marah ya bulik). In general, jadi sangat menarik karena aku bisa melihat pemandangan hamparan sawah yang indah dengan cara hanya berdiri di belakang rumah.

Dari rumah Bulik Nita, kami akan ke rumah De' Bayu. Bayu adalah sepupuku dari Papa. Usia bayu lebih tua dua bulan dari aku. Disana aku main bola dengan Bayu.
Aku berani merebut bola dari Bayu, meskipun Bayu lebih tinggi dari aku. Kecil-kecil aku sudah pemberani lho....memanjat meja juga aku bisa.














Ini bolaku......Bayu beli lagi aja.......

Dari rumah Bayu, Kami langsung menuju rumah Eyang Jaten. Sampai disana aku langsung mandi karena udara sangat panas.
Sore harinya, keluarga Ponorogo pulang. Aku tetap ditempat Eyang Jaten karena hari Minggu besok aku akan pulang ke Jakarta.


Jum'at, 3 Oktober 2008
Aku di rumah Eyang jaten.

Sabtu, 4 Oktober 2008
Aku berangkat ke Jogja siang ini. Mama, Papa dan Aku menginap di Jogja nanti malam karena besok pagi2 sekali pesawat yang membawa kami ke Jakarta akan berangkat.
Di Jogja, aku sempat keliling kota naik becak.

Minggu, 5 Oktober 2008
Jam 7 pagi, pesawat yang membawa kami ke Jakarta berangkat. Sebelum Dzuhur, aku sudah sampai rumah kembali. Bertemu lagi dengan mainan dan baby walker tersayangku. Dirumah masih sepi karena eyang kakung dan eyang putri masih di Ponorogo.
Sore hari aku merasa BeTe. Aku pengin jalan-jalan terus seperti waktu lebaran. Untungnya papa mengerti keinginanku. Aku diajak jalan2 di depan rumah.

Oke teman2, sekian dulu pengalamanku selama lebaran ini. Dalam waktu satu minggu, aku berjalan-jalan ke beberapa tempat. Tentunya ini sangat menyenangkan bagiku yang baru pertama kali menikmati lebaran.

Terimakasih banyak Bulik Nita yang sudah merelakan blognya untuk tulisanku.
Lain waktu tentunya aku akan menulis lagi. Bye...bye.......

Saturday, June 28, 2008

Sihir Perempuan


Kumpulan Cerpen

Penulis: Intan Paramaditha

Penerbit: Kata Kita


Buku ini berisi 11 cerpen yang menceritakan perempuan dari sisi mistis. Jadi semua cerpen dalam buku ini berkaitan dengan hantu, darah, kegelapan, vampir dan pembunuhan. Jangan khawatir, gaya penceritaan di cerpen-cerpen ini bukan seperti gaya penceritaan sinetron mistis religi yang sekarang banyak di tayangkan di tv, jadi tetap asyik untuk dibaca.

Ada beberapa cerita yang menurut saya berkesan pada kumpulan cerpen ini. Misalnya pada cerpen “Perempuan Buta tanpa Ibu Jari”. Cerita ini menghadirkan tokoh utama “Sindelarat”. Kisahnya memang mengadopsi dari cerita Cinderella yang sudah sering kita baca. Tapi penyelesaian cerita pada cerpen ini bukan seperti biasanya dan yang pasti melibatkan banyak darah.


Ada juga cerita tentang boneka porselen dalam “Sejak Porselen Berpipi Merah itu Pecah”. Cerita dalam cerpen ini mengingatkan saya pada cerita prajurit berkaki satu dan penari balet yang ada di kumpulan cerita HC Andersen. Penari balet digambarkan oleh boneka porselen. Boneka porselen ini justru tidak mau disandingkan dengan pengantinnya, boneka porselen Yin Yin lebih suka berada dalam peti yang gelap, karena dia suka kegelapan dan ingin bertemu kekasihnya dalam kegelapan yaitu setan (Huiiiii….sereeeem ‘kan…..

Cerita yang paling berkesan menurut saya adalah “Darah”. Yang membuat saya terkesan dengan cerita ini adalah mitos tentang adanya hantu perempuan pemakan darah. Saya pertama kali mendengar mitos itu saat saya SMP. Saat itu saya benar-benar percaya dengan cerita itu dan membuat saya jadi hati-hati berurusan dengan darah. Ternyata penulis cerpen ini juga punya cerita dengan mitos itu. Apa memang mitos itu selalu diceritakan pada setiap anak perempuan? Dan apakah mitos itu memang benar adanya?

Buku ini saya temukan September lalu di Palasari. Dilihat dari cover-nya, buku ini didominasi warna gelap, kesannya sudah serem. Begitu saya membuka plastik pembungkusnya, kesan seremnya jadi bertambah. Kertas buku ini ternyata kertas buram dengan bau kertas yang menurut saya bisa menambah kesan seram. Untuk membuktikannya, silahkan baca sendiri buku ini. Pesan saya, jangan baca buku ini pada waktu anda sedang sendirian di rumah………………


My theory is that people who don’t like mystery stories are anarchist”(Rex Stout)

Rico de Coro



Judul Buku : Filosofi Kopi Penulis : Dewi Lestari Penerbit : Gagas Media
Posting friendster blog: July 23, 2006

Dari semua kumpulan cepen dan prosa di buku filosofi kopi, cerpen tentang ‘Rico de Coro’ inilah yang menurut saya paling OKE banget. Dee sangat dapat merangkai semuanya sehingga pembaca menganggap bahwa kerajaan kecoak itu ada dan berdampingan hidup dengan manusia.

Rico de Coro adalah seorang pangeran kecoak dari kerajaan kecoak yang menganggap diri mereka berbeda dengan kecoak got atau kecoak WC. Ibu Rico de Coro telah meninggal disemprot dengan baygon sesaat setelah dia meletakkan telurnya yang berisi Rico de Coro di bawah meja.

Bapak Rico de Coro yang bernama Hunter (Raja Kecoak) merasa bahwa mereka adalah kecoak yang berwawasan luas dan kuat. Hunter beranggapan demikian karena Hunter sendiri dibesarkan dibalik kotak TV yang dimiki keluarga Haryanto sehingga Hunter mengetahui perkembangan di luar sana. Rico de Coro jatuh hati pada Sarah, putri bungsu keluarga Haryanto. Menurut Rico, Sarah hampir tidak pernah mengusiknya dan bangsanya, karena saat melihat kecoak dari jarak 5 meter, sarah pasti sudah lari terbirit-birit. Berbeda dengan Tante, Oom Haryanto, Natalia, David dan pembantu di rumah itu yang selalu mengusik para kecoak dengan semprotan baygon.

Bahkan Rico de Coro pada akhirnya merelakan nyawanya untuk melindungi Sarah dari sengatan Tuan Absurdo, mutan kecoak hasil percobaan laboratorium yang dibawa Natalia dari sekolahnya. Tuan Absurdo pun akhirnya mati setelah mengeluarkan racunnya yang sebenarnya di peruntukkan bagi David. Saat Rico masih dalam keadaan lemas akibat terkena sengatan Tuan Absurdo, harus merelakan tubuhnya hancur dan mengeluarkan cairan setelah dipukul berkali-kali oleh David menggunakan sandal karet. Tapi Rico de Coro tetap membawa cintanya untuk Sarah, putri keluarga Haryanto.

Membaca cerpen itu saya jadi ingat waktu saya kecil. Dulu saya memiliki kucing bernama Betty. Saat itu saya juga beranggapan bahwa kucing juga memiliki kehidupan seperti manusia, mereka juga punya perasaan, termasuk ketika Betty punya anak dan harus menyelamatkan anak-anaknya dari terkaman suaminya yang saya beri nama Bartom. Kisah yang saya buat sendiri itu saya ceritakan kepada orang-orang di rumah termasuk kepada adik saya yang saat itu belum mengerti apa-apa. Saat saya SMA dan tidak terlalu memikirkan tentang kisah-kisah hewan di sekitar saya, ternyata adik saya punya hobi yang sama dengan saya. Adik saya menganggap cicak yang ada di kamar mandi kami (dia beri nama cicak itu Henry), memiliki kisah tersendiri. Menurutnya, Henry adalah cicak yang berbeda sifatnya dari cicak kebanyakan (lebih pintar) dan Henry juga punya perasaan. Mungkin cerpen Dee tentang Rico de Coro ini juga merupakan khayalan Dee waktu kecil tentang kecoak-kecoak yang memang hidup berdampingan dengan manusia.

Untuk cerpen dan prosa lainnya pada buku Filosofi Kopi (134 halaman) memang lumayan bagus sih (baca sendiri ya…..). Tapi memang cerpen Rico de Coro ini menurut saya tetap yang terbaik pada buku itu.

Clinical Pharmacokinetics: Pocket Reference

Editor: John E Murphy, Pharm.D
American Society of Health System Pharmacists, 2005.
Posting friendster blog : June 20, 2006

Buku ini sangat membantu untuk panduan monitoring penggunaan obat sehingga sangat berguna untuk dibaca oleh teman-teman farmasis maupun non farmasis. Meskipun farmasi terbagi dalam berbagai bidang (tehnologi, kimia farmasi, mikrobiologi, fitokimia, clinical dll) pada dasarnya tujuan akhirnya adalah untuk keberhasilan terapi dan menekan biaya pengobatan sehingga dapat meningkatkan ‘quality of life” dari pasien (masih ingat prinsip ini ‘kan?...). Untuk teman-teman non farmasi perlu juga membaca buku ini, karena di buku ini anda dapat mengetahui apakah terapi yang anda dapatkan sudah cukup rasional baik dari segi jenis obat dan penyesuaian dosis pada setiap individu yang berbeda, karena sering dijumpai beberapa kasus terapi yang tidak rasional karena tidak disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien biasanya tidak banyak yang tahu dan ini memang disengaja oleh pihak medis yang merawatnya, jadi kalo anda mendapatkan terapi yang tidak rasional , mari tuntut hak anda agar mendapatkan terapi yang baik.

Pada bab awal buku ini memberikan review singkat tentang nasib obat dalam tubuh secara umum, termasuk dengan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi disposisi obat dari dalam tubuh seperti volume distribusi, ikatan obat dengan protein, metabolisme dan interaksi obat. Pada buku ini juga dijelaskan cara penyesuaian dosis obat untuk keadaan-keadaan tertentu misalnya gagal ginjal, sirosis hati, pasien anak-anak dan manula dll. Penjelasan yang diberikan hanya singkat sekali karena sifatnya hanya review, tetapi cukup mencakup faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam “dosage adjustment”. Penjelasan untuk tiap-tiap obat dibagi dalam tiap bab tersendiri.

Obat yang tercakup dalam buku ini cukup lengkap, mulai dari obat yang sudah kita kenal cukup lama sampai obat yang “lumayan baru” (baru untuk 10 th yang lalu he3x, alias gak baru banget) seperti tacrolimus, sirolimus sudah ada penjelasannya dibuku ini. Penjelasan untuk tiap obat mencakup absorpsi, distribusi, metabolisme, ekresi, dan interaksi obat. Dengan adanya penjelasan mengenai nasib obat dalam tubuh pada buku ini, setidaknya kita bisa memperkirakan sistem penghantaran obat yang tepat agar terapi obat tersebut menjadi efektif dan efisien (sangat membantu bagi teman2 farmasis).

Sayangnya, meskipun judul bukunya “Pocket Reference” ternyata ukurannya bukan pocket (ukurannya ½ halaman A4) dan tebalnya 509 halaman (kira2 pocket-nya harus sebesar apa ya….) jadi lumayan berat juga untuk dibawa-bawa. Kekurangan lainnya, mungkin bahasa yang digunakan kurang begitu ‘gaul’ untuk dibaca oleh teman-teman yang non farmasis, jadi mungkin tidak menarik untuk dibaca jika bukan farmasis. Sebenarnya buku seperti ini harus dibuat lebih gaul agar masyarakat umum tahu lebih banyak tentang terapi obat dan agar pasien lebih tahu tentang terapi yang didapatkannya. Untuk mewujudkan hal ini, ada yang mau membantu saya…………………???