Sunday, February 28, 2010

Nonton (ke) Bioskop Nyookk

Malam minggu, aye pergi ke bioskop....
Memang malam minggu paling cocok digunakan untuk pergi nonton ke bioskop seperti lagu dari alm. Benyamin S. Lagipula, selama di Nottingham, saya belum pernah pergi nonton ke bioskop, atau kalo orang bule bilang "cinema". Sebenarnya niat nonton ini sudah ada waktu tahun baru lalu, tapi pada waktu tahun baru kemarin, bus kota tidak ada yang beroperasi. Kalo bus kota libur, tentunya sulit bagi saya yang memang hanya punya "mobil besar" itu untuk mengantar jalan-jalan.

Booming film Bollywood "My name is Khan" juga sampai di Nottingham. Itu sebenarnya gara-gara saya membaca status teman-teman Indonesia di Facebook yang katanya sampai antri beli tiket untuk nonton film ini. Setelah saya lihat trailer nya di Youtube, dan kayaknya bagus, akhirnya saya dan teman memutuskan untuk menonton film ini.

Bioskop mana ya yang dipilih? Setelah browsing, pilihan kami jatuh pada Cineworld, karena hari dan waktunya sesuai dengan kebutuhan. He..he..he...ini pertama kali saya nonton bioskop diluar negara RI tercinta. Saya pergi nonton ke Cinema bersama seorang teman yang juga dari Indonesia, dan sama-sama belum pernah pergi nonton bioskop selain di Indonesia. Akhirnya kami memutuskan untuk menontin pertunjukan jam 4.30pm.

Karena hari itu adalah malam minggu, timbul juga kekhawatiran kalo nanti tidak kebagian tiket. Kan sayang rasanya kalo acara nonton yang sudah dinantikan jadi batal gara-gara kehabisan tiket. Akhirnya saya melalukan "booking" tiket online. Untuk student, harga tiketnya adalah 5.20 GBP, dan booking fee 0.70 GBP karena saya booking online. Booking fee ini hanya dikenakan untuk pemesanan tiket online. Jadi kalo beli langsung di loket, tidak ada booking fee. Cukup murah kan untuk ukuran student, dibandingkan dengan harga tiket untuk umum yang 7.5 GBP. Memang student card di UK sangat berguna sekali, seperti saat saya berkunjung ke Liverpool. Sisa sekitar 1.5 GBP kan bisa dipakai untuk beli cappucino dan sepotong flapjack.

Konfirmasi pembelian tiket online, dilakukan melalui e-mail dan sms ke no HP saya. Instruksi untuk penukaran tiket hanya meminta untuk memasukkan kartu debit yang saya gunakan untuk pembayaran ke mesin ticket collection yang ada di foyer gedung bioskop. Meskipun agak belum bisa membayangkan mesinnya itu seperti apa dan bagaimana proses penukarannya, ya sudahlah, saya simpan baik-baik konfirmasi lewat sms itu, karena disana menyebutkan no referensi tiket yang saya pesan.

Jam 3.45pm, saya dan teman berangkat ke gedung bioskop. Tentunya tidak bergandengan tangan seperti pada lagu Nonton Bioskop. Teman saya nonton sesama wanita, nanti malah aneh 'kan kalo bergandengan tangan. Lokasi Cineworld terletak di The Corner House, Nottingham, dekat dengan city centre. Untuk menuju kesana, kami menggunakan tram. Meski sudah beberapa bulan di Nottingham, baru kali ini saya masuk ke Corner House. Ternyata bukan hanya bioskop, Corner house juga menawarkan banyak restoran didalamnya. Boleh juga lah dicoba lain waktu.

Didalam gedung ini ada Cineworld, tempat kami nonton bioskop
(taken from Polymorp's Photostream)

Celingak-celinguk masuk gedung bioskop, saya dan teman mencari mesin ticket collection disekitar foyer. Oohh......ternyata mesin itu lagi dikerubuti beberapa orang yang sedang menggambil tiket. OK...Let's try how to collect tickets from the machine. Sesuai instruksi, saya masukkan debit card saya, dan sesaat setelahnya mesin meminta nomer PIN. Setelah PIN saya masukkan, pada mesin bertuliskan "find the order".....kira-kira 30 detik kemudian, keluar 2 tiket beserta receipt. Hmmm....benar-benar mesin yang cerdas (ya iya lah....namanya juga mesin).

Sesuai petunjuk di tiket, kami segera menuju screen 14, dimana film "My name is Khan" diputar. Masuk ruangan.....ternyata ruangannya kecil, tidak seperti di Indonesia, kira-kira hanya setengah dari rungan bioskop 21 di Indonesia. Kursinya juga sekitar 10 baris dan tiap baris kira-kira berisi 12 kursi yang dipisahkan dengan jalan (aisle) tepat dibagian tengah. Bingung juga untuk mencari tempat duduknya. Tidak ada petugas yang berjaga di depan pintu ruang. Tiket yang saya pegang hanya bertuliskan "Screen 14, seat GA, Row GA". Saya dan teman berusaha mencari Row yang bertuliskan GA, tapi kok nggak ada ya. Akhirnya kami duduk sesuai pilihan kami saja, toh nanti kalo ada penonton lain yang baru datang dan ternyata empunya kursi, kami akan pindah. Hingga film akan dimulai, dan ruangan hampir penuh, tidak ada yang komplain mengenai tempat duduk yang kami duduki. Saya jadi mengambil kesimpulan, berarti duduknya bisa milih sendiri, cepet-cepetan datang aja. Sssstt, sampai saat ini saya juga nggak tau arti "GA" yang ada di tiket itu apa.

Mengamati orang-orang yang nonton dalam ruangan itu, ternyata rata-rata berwajah India, dan Timur tengah, hanya ada 2 orang yang berwajah melayu (ya hanya saya dan teman.......) dan 2 bule. Mungkin karena film Bollywood kali yeee.....jadi nggak banyak bule yang tertarik menonton. Rata-rata penonton membawa sekotak popcorn ukuran sangat besar, seperti di film "Mr Bean" yang pernah saya lihat. Jadi kesimpulan saya, popcorn memang identik dengan acara nonton bioskop. Dan karena jam 4.30pm di UK saat ini sudah mulai gelap, sebagian dari penonton membawa dinner. Jadi heboh banget bawaannya. Saya malah berfikir, kenapa didalam bioskop tidak diberi meja bundar sekalian ya, supaya para penonton bisa santap malam dengan nyaman dengan duduk mengelilingi meja bundar itu (feel like home he....he..he...). Dan saya terbayang nasi rawon dan sambal terasi (masakan teman hari itu) yang tidak saya bawa. Kan lumayan, sambil nonton, sambil makan malam.

Jam 4.30 tepat layar dibuka. Tapi alamak....iklannya hampir 30 menit sendiri. Film baru mulai sekitar jam 5. Saat sedang menonton, layar tiba-tiba jadi gelap. Oh...sudah selesaikah filmnya? Durasi film (dari info yang saya lihat) sekitar 2 jam. Saya melihat jam tangan saya, masih jam 6, berarti film belum selesai. Tapi kenapa layar jadi gelap dan lampu ruangan menjadi terang? Melihat sekeliling saya, para penonton itu sebagian ada yang keluar. Ooooo....ternyata untuk memberi kesempatan para penonton jeda sejenak untuk pergi ke toilet atau membeli makanan-minuman. Kira-kira 15 menit kemudian, film kembali diputar. Untunglah, saya tidak pulang saat layar padam dan lampu ruang terang, berarti itu hanya dapat separuh film kan. Tapi bagus juga ya ide memberi jeda ditengah-tengah film diputar itu. Jadi para penonton tidak terganggu dengan penonton lain yang sering kali lalu lalang di depan layar untu keluar sekedar membeli minuman atau ke toilet.

Film yang saya tonton kemarin cukup menarik juga. Bisa membikin tertawa dan kemudian menangis. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pm saat film selesai diputar. Keluar dari Corner House, sudah ramai dengan orang-orang yang bersiap untuk dugem di malam minggu. Karena sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah, saya memutuskan untuk menginap di rumah teman saja. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan sekali, pertama kali nonton bioskop di negeri orang. Sampai di rumah teman, nasi rawon plus sambal terasi sudah menanti untuk disantap. Kayaknya boleh juga tuh, kalo lain kali nonton lagi, saya mau sangu makan malam: nasi rawon, sambel terasi, kerupuk udang......hmmmmm.....pasti nikmat nonton bioskop sambil makan malam. Kira-kira, penonton yang lain akan komplain nggak ya dengan aroma sambel terasi yang saya bawa......???

Sunday, February 21, 2010

How old are you?

Kata ini digunakan untuk menanyakan usia atau umur seseorang. Di negara-negara Eropa, pertanyaan ini cenderung dianggap kurang sopan dan tidak patut ditanyakan kepada seseorang kecuali jika kita telah mengenal seseorang dengan baik. Memang, bagi sebagian orang, menanyakan masalah umur itu rasanya kurang etis, mungkin ada rasa takut dianggap terlalu tua ya. Terbukti, dari hasil pantauan saya terhadap "profile info" beberapa teman yang tergabung dalam situs pertemanan Facebook, sebagian besar dari teman-teman saya rata-rata tidak mencantumkan tahun kelahirannya, hanya tanggal lahirnya. Hmm...memang kecenderungan orang adalah ingin terlihat lebih muda dan tidak mau dikatakan tua. Tapi, saya tetap memasang lho informasi mengenai tahun kelahiran saya pada bagian profile di halaman facebook. Lha memang usia saya sudah memasuki kepala 3.....jadi apa yang perlu disembunyikan?

Bicara masalah usia, ternyata ada 2 kategori usia. Ini dari beberapa artikel populer yang saya baca. Ada yang disebut "biological age" atau usia biologis dan "real age" atau usia sebenarnya. Usia biologis merupakan status fisik dari umur seseorang dan dihitung berdasarkan tanggal lahir. Sedangkan "real age", dihitung berdasarkan status kesehatan dan vitalitas seseorang. Biasanya, seseorang dengan gaya hidup yang sehat akan memiliki real-age yang lebih muda dibandingkan dengan biological-age nya. Mau coba menghitung real-age anda? Silahkan berkunjung kesini:
http://www.sonnyradio.com/realage.html
Kalo menurut perhitungan dari situs diatas, ternyata real-age saya sekitar 20an...he..he...lumayan lah...lebih muda 10 tahun dari saya.

Umur seseorang ternyata juga ditentukan dari status psikologis dan status sosialnya juga. Ini mungkin ada benarnya juga ya. Berdasarkan pengalaman saya, saya merasa lebih muda 5 tahun saat sedang sekolah, dalam arti tugas belajar, dibandingkan saat bekerja. Dan saat lulus dan kembali bertugas lagi, dalam tempo 6 bulan, saya sudah merasa lebih tua 5 tahun lagi. Jadi rasa lebih muda 5 tahun itu akhirnya lenyap dalam tempo 6 bulan......hu..hu..hu...sedihnya. Supaya terlihat muda lagi, saya memutuskan cepat-cepat sekolah lagi, lanjut program PhD, siapa tahu bisa jadi lebih muda 10 tahun ya......

Tapi itu menurut saya lho. Teman saya satu lab di PhD program, justru mengatakan sebaliknya. Dia berasal dari India dan saat ini sudah memasuki tahun ke 4 untuk PhD program. Saat dia tanya kenapa saya mau ambil PhD,dengan bercanda saya bilang kalo saya mau terlihat lebih muda dengan ambil PhD program. Dia langsung terkejut," really...?". Karena menurut teman saya itu, dia justru merasa lebih tua 5 tahun saat jadi PhD student. Dan memang usia-biologis teman saya itu 6 tahun lebih muda dari saya dan dia sekolah terus tanpa terputus sejak lulus undergraduate. He..he...he...dia memang belum pernah merasakan bekerja, padahal kalo bekerja kan malah jadi merasa lebih tua 10 tahun.......Betul tidak.....???

Teori saya kayaknya sudah mulai agak terbukti. Setiap hari, setiap berangkat kampus, saya selalu satu bis dengan Ibu muda yang juga berkerudung, yang saya kira usianya kurang lebih hampir sama dengan saya. Suatu hari, sembari menunggu bus datang, Ibu muda itu mengajak ngobrol, ternyata dia berasal dari Saudi arabia dan sedang mengambil Pre-sessional English di University of Nottingham untuk persiapan program Master, rencananya akan dia ambil September tahun ini. Setelah bertanya asal dan basa-basi, dia bertanya pada saya," Are you foundation student?". waduh.....GeEr juga sih sebenarnya dibilang foundation student, karena itu berarti saya masih terlihat seperti baru lulus SMA kan (eh sekarang SMU ya...). Foundation program itu merupakan program yang diperuntukkan untuk program persiapan calon mahasiswa undergraduate yang akan kuliah di university, dan biasanya untuk yang berasal dari luar UK. Padahal dalam hati saya pengin ngomong ke dia,"Bukankah kayaknya kita seumur?". Mungkin dia agak kurang percaya lihat PhD student masih pake sepatu boot bertali kali yee...

Satu lagi pengalaman saya tentang umur. Di kelas social conversation yang saya ikuti, untuk memancing topik pembicaraan, peserta diberikan bahan-bahan pertanyaan yang nanti bisa didiskusikan bersama partner masing-masing di kelas. Partner saya hari itu adalah third-year undergraduate student dari China, usianya berkisar 21-22 tahun. Topik yang jadi pembahasan kali ini adalah mengenai usia yang ideal untuk menikah. Kami masing-masing menulis pendapat kami pada kertas kosong, dan selanjutnya mendiskusikannya. Saya menulis angka 27 sebagai usia yang ideal untuk menikah, partner saya menulis 28 tahun. Karena ini adalah kelas social conversation, dia menanyakan kenapa 27 tahun adalah usia yang ideal untuk menikah. Saya bilang ke dia, bahwa di usia 27 tahun, biasanya sudah selesai sekolah, sudah punya pekerjaan tetap dan mulai menata hidup untuk lebih mapan, jadi menurut saya 27 tahun adalah usia yang tepat. Dia juga membenarkan, karena memang pendapat dia mengenai usia ideal untuk menikah, juga hampir sama dengan saya. Tapi, kata-kata dia yang terakhir yang bikin saya mau ketawa ngakak.....Dia bilang begini: That's good, jadi memang sebaiknya setelah kamu selesai PhD, kamu bekerja dulu beberapa tahun, baru menikah....Gubrakkk.....Dia kira umur saya berapa ya? Kalo 27 tahun bagi saya sudah lewat 4 tahun yang lalu....'kan pertanyaannya pendapat kita mengenai berapa usia yang ideal untuk menikah, bukan umur berapa saya mau menikah. Tapi nggak apa-apa lah.....mungkin dia mengira saya masih berusia 23-25an, seperti rata-rata PhD students di tempat saya kuliah ini.

Teman saya, yang juga berasal dari Indonesia, juga sering bikin teman-teman kami asli UK tidak percaya kalo dia sudah punya anak yang berusia 9 tahun. Mereka sampai bertanya, umur berapa waktu menikah dulu? 18 tahun kah? padahal teman saya itu menikah umur 26 tahun dan melahirkan anak pertamanya umur 27 tahun. Mungkin tipikal orang Indonesia yang memang awet muda ya. Makanya, kalo kami membicarakan masalah umur dengan teman-teman dari UK, mereka sering nggak percaya kalo saya bilang umur saya sudah 30an. Tapi jelas nggak mungkin kan kalo saya bohong masalah umur kepada mereka. Dan akhirnya bule-bule itu bilang, mungkin kamu terlihat lebih muda dan segar karena di negaramu kaya akan sinar matahari yang cerah, yang tidak selalu akan didapatkan di negara-negara Eropa. Iya..iya...mungkin juga itu penyebabnya.....kok malah saya nggak kepikir sampai kesitu ya.....Yang jelas, saya bangga jadi orang Indonesia, bisa bertemu sinar matahari cerah setiap hari dan sehingga jadi terlihat lebih muda.

(Sehabis mengingat soal usia karena ada seorang teman yang baru merayakan ulang tahun ke 36)