Sunday, December 18, 2011

Pilihan Kehidupan


Hari minggu yang baik untuk bersantai. Setelah membereskan kamar dan merapikan pakaian bersih yang bertumpuk setelah dicuci, Sekar menyalakan komputernya. Jemarinya meng-klik salah satu situs yang telah di bookmark pada browser di komputernya, www.facebook.com.

Muncul foto gadis kecil lucu dengan gaun batik, bermata sipit, pada posting wall facebooknya. Pipi gadis itu menempel pada pipi wanita, yang juga bermata sipit. Rika, teman SMP dan juga tetangga Sekar dulu. Rika tidak pernah berada satu kelas dengan Sekar. Hanya karena mereka sekolah pada SMP yang sama dan rumah mereka berdekatan, Sekar menjadi akrab dengan Rika. Setiap pagi, Sekar selalu menjumpai Rika menunggu angkutan yang sama untuk berangkat ke sekolah. Pun, begitu pula disaat pulang sekolah. Lama-kelamaan mereka menjadi akrab dan sering berbagi cerita. Rika yang ia kenal adalah seorang gadis yang cerdas dan ramah. Penampilan Rika juga sederhana, tidak seperti teman-teman sebaya mereka yang saat itu sedang memasuki masa pubertas, yang sering berdandan mencolok dan bertingkah laku aneh untuk menarik perhatian cowok sekelas atau kakak kelas.

Setahun yang lalu, Rika meng- add Sekar untuk menjadi teman di facebook. Sekar pun masih mengingat gadis cerdas itu, meskipun lebih dari 15 tahun berlalu sejak mereka lulus SMP dan pindah meninggalkan kota kelahirannya. Sesaat setelah itu, muncul sapaan dari Rika di wall Sekar, "Sekar.....apa kabar? Masih ingat aku? Sudah berapa anak buah sekarang...:-))". Rika masih seperti dulu, ramah dan bersahabat. Sekar membalas sapaan Rika dengan menulis comment di bagian bawah posting tersebut, " Haiiii Rika, alhamdulillah baik. Aku belum punya anak buah Rika, masih cari Bapaknya dulu nih..hehehe....". Jawaban jujur yang Sekar berikan, Jawaban yang mungkin membuat Rika merasa kasihan dengannya, bahwa sampai seusia mereka saat ini, belum ada pasangan hidup untuk Sekar. 

Melihat foto-foto di album facebook Rika, setahun yang lalu, Sekar jadi mengambil kesimpulan bahwa Rika baru dikaruniai satu putri, yang menurut estimasi Sekar, saat itu berusia sekitar 6 bulan. Melihat foto demi foto di album "My Family" milik Rika, Sekar benar-benar terkejut. Ada foto idola mereka masa SMP dulu, yang ternyata adalah suami Rika saat ini. Wow, wajah laki-laki itu sedikit berubah, tapi Sekar masih mengenali wajah itu, Krisna, jago basket sekaligus ketua OSIS saat mereka kelas dua SMP. Ada sedikit yang berubah dari Krisna dalam foto itu, dia terlihat lebih dewasa dan kebapakan, dan juga perutnya terlihat lebih membuncit. Wajahnya tidak seganteng waktu SMP. Entahlah, itu hanya perasaan Sekar saja atau memang begitu kenyataannya. Yang jelas, saat itu Sekar tertawa geli dalam hati, oh ternyata memang penampilan fisik bukan segalanya, dia akan tergerus oleh waktu. Dan itu terbukti pada Krisna. Dia yang dulu jadi idola para cewek di sekolahnya, paling keren dan ganteng, saat ini pun penampilannya standar untuk seorang pria dewasa dengan satu anak. Atau, mungkin juga cara pandang Sekar, yang bukan ABG lagi, yang sudah berubah, sehingga seleranya juga telah berganti?

Sekali waktu, Rika menyapanya saat Sekar sedang on-line. Mulai dari berbasa-basi menanyakan kabar, akhirnya Sekar menanyakan tentang Krisna pada Rika. "Hei Rika, aku baru tau ternyata Krisna itu suamimu. Jadi ingat waktu kita SMP," tulis Sekar pada Rika. Rika pun membalas, "Hehehe....jodoh ternyata rahasia Tuhan. Ternyata Krisna sudah nge-fans denganku sejak SMP". Terbayang bagaimana Krisna saat SMP dulu, ganteng, jago basket, jadi ketua OSIS. Layaklah jika Krisna bangga dengan semua itu dan menjadikannya memilih-milih teman perempuan mana yang layak bergaul dengannya. Sekar ingat sekali, Krisna pernah menjalin cinta monyet dengan Evie, teman sekelasnya, gadis manis dan langsing dengan rambut panjang. Dugaan Sekar, gadis dengan penampilan biasa seperti Sekar dan Rika pasti tidak masuk hitungan Krisna saat itu. 

Krisna pun akhirnya melabuhkan dirinya pada Rika. Rika memang pantas dipilih. Meskipun penampilannya tidak istemewa, ada banyak keistimewaan lain dari kepribadiannya. Rika sangat ramah dan bersahabat, itu yang Sekar rasakan saat berteman dengan Rika. Rika juga cerdas. Senyum ceria dari Rika sepertinya pancaran dari sifat bersahabat dalam diri Rika. Krisna, kamu  memang tidak salah untuk memilih Rika sebagai pendamping hidupmu. Dan, bayi berumur 6 bulan di Facebook Album Rika, saat ini sudah menjelma menjadi gadis kecil bergaun batik pada foto yang muncul di wall facebook Sekar. Senyum manis Rika dengan binar bersahabat dari mata Rika menemani gadis kecil kecil bermata sipit itu. Ahh, pasti Krisna yang mengambil foto mereka berdua sehingga dia tidak muncul pada foto anak dan ibu itu. 

Sekar tersenyum dan menghela nafas, keluarga yang sangat bahagia. Jemarinya kembali berpindah pada mouse di sisi kanannya dan mulai merunut posting selanjutnya. Heiii, ada foto James bersama istrinya Valencia, mereka sedang merayakan 1st anniversary pernikahan mereka. Sekar mengenal keduanya dengan baik, dari sebelum mereka menikah. Valencia pernah magang di group research yang sama dengan Sekar selama 3 bulan. Program PhD yang diambil Valencia memang sedikit berbeda, yaitu Doctorate Training Centre, dimana di tahun pertama Valencia harus mengerjakan mini project di beberapa group research, termasuk diantaranya di research group yang sama dengan Sekar.


Pribadi Valencia yang terbuka menjadikan Sekar akrab dengan gadis Jerman ini, meskipun mereka hanya bersama selama 3 bulan. Valencia senang bercerita tentang berbagai hal, termasuk betapa bahagianya dia saat James melamarnya. "I am very happy, Sekar. I should let my family know about this. Saya akan mengabarkan berita bahagia ini saat saya pulang ke Jerman untuk merayakan Christmas nanti," dengan wajah  berbinar Valencia bercerita tentang bagaimana James telah melamarnya. Ya, peristiwa itu terjadi 2 tahun yang lalu.


Tanpa disangka, satu tahun kemudian, ada seorang PhD student yang bergabung di group yang sama dengan Sekar. Sekar hanya tahu bahwa PhD student itu berasal dari universitas lain dan sedang mengerjakan proyek kolaborasi dengan universitas tempatnya belajar. Karena kesibukan Sekar saat itu, dia belum sempat bertegur sapa dengan anak baru tersebut. Hingga pada suatu ketika, saat Sekar keluar akan keluar dari ruang makan, ada seseorang yang mendorong pintu dari arah luar dan nyaris membuat badan Sekar tersodok oleh pintu. Ohhh....ternyata anak baru itu. "Sorry, Sekar, did I hurt you?", anak baru itu menegur Sekar. Sekar menggeleng dan tersenyum, "No problem, I am okay". Sambil berlalu Sekar bertanya dalam hati," Hei, darimana dia tahu namaku, bukankah kita belum berkenalan? Sebegitu terkenalkah aku di group ini, sehingga anak baru itu langsung tahu namaku?".


Pertanyaan itu terjawab beberapa hari kemudian, ketika Sekar sedang memanaskan makanan di ruang makan. Anak baru itu pun sedang mengantri microwave yang sama dengan Sekar. "Hi, Sekar," sapa anak baru sambil tersenyum. Sekar membalas sapaannya sambil tersenyum. "I am James. Saya tahu banyak tentangmu Sekar, dari Valencia. Saya adalah tunangan Valencia. Kamu masih ingat dengan Valencia?" James membuka percakapan dengan Sekar. "Tentu James, saya masih ingat dengan Valencia. Senang bisa berkenalan denganmu, James," balas Sekar. "So, sekarang kamu bergabung di group ini?" Sekar melanjutkan percakapan. "Ya, saya mengerjakan proyek kolaborasi antara universitas saya dengan universitas disini. Sehingga ada beberapa pekerjaan yang membuat saya harus pindah ke Universitas ini," ujar James.


Perkenalan itu menjadi awal keakraban Sekar dengan James. Tiga bulan setelah James resmi bergabung sebagai PhD student di group yang sama dengan Sekar, Sekar mendapat berita bahwa James dan Valencia akhirnya melangsungkan pernikahan mereka. "Congratulations for your wedding, James. Send my regards to Valencia," tulis Sekar di Wedding Card untuk James. 


Valencia tidak salah dalam memilih pasangan hidupnya. Secara penampilan fisik, penampilan James tidak termasuk yang diunggulkan untuk standar pria British. Tapi Sekar tahu bahwa James adalah seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Setelah hampir 1 tahun berada dalam group research yang sama dengan James, terlihat sekali bagaimana James begitu perhatian terhadap orang lain. Tidak hanya terhadap Sekar, tapi juga terhadap teman-teman yang lain. Pun ketika saat Sekar harus pulang malam hari karena ada farewell party salah seorang anggota groupnya, James menawarka tumpangan pada Sekar. "I will be fine James, masih ada bus yang menuju ke rumah saya," Sekar mencoba menolak, meskipun dalam hati Sekar juga merasa khawatir menunggu bus sendiri saat mendekati pukul 11 malam. "Tidak, Sekar, tidak baik untukmu. Apalagi kau adalah pendatang di negeri ini. Lebih baik bersamaku. Lagipula, jalur yang aku tempuh pasti melewati tempat tinggalmu," James tetap menawarkan tumpangan pada Sekar. "Baiklah, kalau kamu tidak keberatan, James," akhirnya Sekar memutuskan. "Tentu tidak, Sekar. Kamu adalah temanku. Keselamatanmu adalah tanggung jawabku, " ujar James. 


Sekar meng"klik" tombol "like" pada foto anniversary James dan Valencia. "Happy anniversary for both of you...," Sekar menambahkan komentar pada foto mereka. Pasangan yang berbahagia dan saling mengisi. James memang pantas untuk Valencia. Berbahagialah Valencia, karena saat ini engkau bersama orang yang tepat. Seseorang yang baik dan bertanggung jawab. Sekar jadi bisa memahami mengapa Valencia memilih James, yang mungkin secara penampilan fisik tidak ada yang diunggulkan. Sekar yakin bahwa Valencia memilih James karena melihat kebaikan yang terpancar dari dalam diri pria British itu. 


Betapa mudahnya orang-orang disana memilih dan memutuskan pasangan hidup yang terbaik bagi mereka. Seperti Krisna yang memilih Rika dan James yang memilih Valencia. Bagaimana mereka bisa memutuskan bahwa dia yang terbaik, sedangkan hal ini berkaitan dengan masa depan yang belum terjadi? Pertanyaan itu selalu ada dalam benak Sekar dan jawabannya belum ditemukanya hingga sekarang, meskipun saat ini sudah tingkat pendidikan PhD yang dia ambil. Selalu saja ada keraguan di hati Sekar.


Termasuk juga keraguan terhadap kesungguhan Adriano. Apakah dia benar-benar bersedia untuk jadi teman yang baik sepanjang hidup Sekar? Apakah Adriano adalah orang yang tepat bagi dirinya? Hingga saat ini, Sekar belum bisa meyakinkan dirinya sendiri. "Sekar, aku bersungguh-sungguh terhadapmu," ucapan Adriano kembali terlintas. "Benarkah?" pertanyaan itu selalu ada dan membuat Sekar menghindari Adriano. Banyak perbedaan diantara mereka. Perbedaan budaya dan perbedaan usia. Ini yang membuat Sekar selalu berpikir untuk bisa menerima Adriano.


**********


Pria itu, Adriano Batista, lima bulan yang lalu datang dalam kehidupan Sekar. Ya, sejak supervisor Sekar memberi tugas kepadanya untuk menjadi Task Supervisor untuk mahasiswa program MSc. Adriano, berkebangsaan Italia, adalah mahasiswa yang harus Sekar dampingi. Untuk menyelesaikan program Masternya, Adriano harus mengerjakan mini project selama 3 bulan di lab yang sama dengan Sekar. Sebagai Task Supervisor, Sekar menjadi tempat bertanya dan berdiskusi bagi Adriano. Diskusi ini juga hanya terbatas tentang mini project yang dikerjakan Adriano, termasuk strategi-strategi modifikasi polymer agar bisa mencapai targetnya dalam menghantarkan obat dan masalah-masalah yang dihadapi Adriano dalam pekerjaan di lab. Sekar berusaha membantu menyelesaikan masalah-masalah tersebut, meskipun kadang juga tidak terselesaikan karena Sekar belum pernah menjumpai masalah tersebut sebelumnya.


"Sorry Adrian, aku juga tidak tahu kenapa metode ini tidak bisa kita aplikasikan pada sistem yang sudah kamu rancang. Tapi aku akan mencoba mencari publikasi yang terkait dengan hal ini. Mungkin kita bisa tahu jawabannya. Semoga kamu juga bisa menemukan jawabannya segera," ujar Sekar sembari melihat protokol kerja yang telah ditulis oleh Adriano. "Lalu, apa yang bisa aku lakukan? Waktuku untuk mengerjakan project ini tidak banyak, Sekar. Huhhh......apa lagi yang harus aku lakukan, " Adriano berkata sambil meremas kertas di hadapannya. "Cobalah melihat beberapa publikasi yang sudah ada. Aku akan membantu mencarinya juga. Okay, kita bertemu besok setelah jam 3 sore," ujar Sekar sambil meningglkan Adriano.


Tak disangka, saat mereka bertemu keesokan harinya "Sekar, aku temukan jawabannya. Ternyata Simvastatin lebih larut dalam metanol, sehingga kita bisa mengekstraksi simvastatin dari partikel dengan methanol dan mengendapkan polymernya dengan acetone," Adriano sudah menemukan jawaban atas problem di pekerjaan lab-nya. "Ahaaa....great, mari kita coba. Hari ini kita run sample-mu, semoga kita bisa dapat hasilnya sore ini," Sekar menyambut berita ini dengan gembira. Jika problem ekstraksi simvastatin dari polymer sudah ditemukan jalannya, tentunya project Adriano akan lebih lancar dan akan selesai dalam 3 bulan. 


Sebagai task supervisor, Sekar selalu ada untuk membantu Adrian, terutama yang terkait dengan teknis kerja. Sekar tahu, bagaimana rasanya kebingungan seorang yang baru pertama kali penelitian karena dia pun merasakan hal itu di tahun pertamanya. Tentu hal ini juga akan berat bagi Adrian, yang hanya punya waktu 3 bulan dalam mengerjakan project-nya. Selama bergaul dengan Adrian, Sekar mersakan ternyata Adrian adalah sosok yang menyenangkan. Dengan cerita-cerita lucunya, selalu membuat Sekar tertawa sambil mengerjakan pekerjaan di lab. Adrian juga menjadi teman yang baik saat istirahat di sela pekerjaan lab-nya. Perasaan nyaman pun mulai muncul pada Sekar jika berada dekat Adrian.


"Adrian, setelah selesai project ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Sekar di sela waktu istirahat mereka. "Menulis laporan untuk disertasi," sahut Adriano sambil menghirup kopi dicangkirnya. "Lalu? Tidak inginkah kamu melanjutkan PhD setelah selesai program Master ini? Project mu sangat menarik. Kamu bisa melanjutkan ke PhD. Sistem polymer yang kamu rancang itu bisa dimodifikasi dengan gugus aktif terhadap protein, sehingga bisa langsung masuk ke sel target, " Sekar dengan bersemangat menjelaskan sistem usulannya pada Adriano. "Entahlah, Sekar. Belum terpikir olehku. Tapi idemu boleh juga, " Adriano menjawab. "Atau kita masukkan sistem yang kamu buat tadi dalam pembawa PLGA-PEG, yang sifatnya tiksotropi, sehingga cair saat di masukkan dalam tubuh dan menjadi padat pada suhu tubuh," Sekar dengan bersemangat menawarkan idenya. "Ayolah Sekar, berhentilah berpikir tentang research project. Ini waktu istirahat," Adriano memberikan coklat yang dia bawa pada Sekar. "Bicaralah tentang hal lain, please. Ini sudah sore, aku capek memikirkan hal-hal ilmiah. Lagi?"   Adriano mengangsurkan coklat ditangannya ke arah Sekar. "Hehehe....maaf Adrian, topik ini membuatmu bosan," Sekar mengambil coklat yang diangsurkan Adriano.


"Terus, kamu ingin kita bicara apa?" lanjut Sekar. "Hmmm, apa ya? Yap...tentang pasangan ideal. Kamu ingin pasangan dari negara mana?" Adrian merespon pertanyaan Sekar. " I have no idea. Yang penting dia baik, " jawab Sekar sambil mengaduk sisa kopinya. "Sudahkah kamu menemukannya?" tanya Adrian. Sembari tersenyum Sekar menjawab, "Tentu belum Adrian. Kalo sudah tentu aku sudah menikah dengan dia, tidak mengambil PhD di negera yang jauh ini dan tidak berada disini bersamamu. "Kalo kamu?" Sekar balik bertanya pada Adrian. "Aku...hmmmm.....Inginnya dari pasangan Asia. Aku suka warna kulit orang Asia dan budaya mereka yang santun. Gaya bicara yang lembut, tetapi tetap tegas berpendapat", jawab Adrian. Tatapan Adrian dan nada suaranya berubah, "Aku ingin pasangan hidup sepertimu Sekar". Plassshh....serasa aliran udara hangat menerpa wajah Sekar. Sekar wanita dewasa yang bisa menguasai diri, dia hanya tertawa kecil mendengar pernyataan Adrian. "Aku yakin kamu bercanda Adrian. Ayo kita pulang, hari sudah mulai gelap, "Sekar bangkit dari kursinya. "Sampai ketemu besok. Bye, "Sekar berjalan menuju ruangannya. "Have a good night, Sekar", balas Adrian.


Malam harinya, Sekar memikirkan perkataan Adrian. Tahukah kamu Adrian, aku juga sebenarnya merasa nyaman denganmu. Hati kecil Sekar menyatakan hal itu. Tapi, apakah kamu bisa membuatku merasa seperti itu selama hidupku?. Dialog-dialog itu muncul dalam diri Sekar. Sekar tahu, Adrian usianya jauh lebih muda darinya. Bisakah dia menjadi pendamping yang bersedia membimbing Sekar di kehidupan? Bisakah Adrian masuk dalam keluarga besar Sekar? Bisakah keluarganya menerima Adrian yang usianya bahkan lebih muda dari adiknya yang bungsu? Bisakah ia masuk dalam keluarga Adrian yang berkebangsaan Italia? Dimana nanti mereka akan tinggal setelah menikah? Di Indonesia, Italia, atau tidak keduanya? Ahhh....pertanyaan-pertanyaan yang semakin memenuhi pikiran Sekar. Menyelesaikan PhD program tepat waktu saja sepertinya sudah menyita pikiran, haruskah pertanyaan tambahan itu menyita ruang di pikirannya juga?


Sejak sore itu, Sekar mulai menjaga sikap dengan Adriano. Hubungan dia dan Adrian hanya sebatas Task Supervisor dan project student, tidak lebih. Saat istirahat, Sekar selalu menghindari Adriano. "Coffee time....," ajak Adriano. "Aku masih ada yang harus dikerjakan. Aku terpaksa merelakan istirahat kopiku," Sekar menolak tawaran Adriano.


Adriano sepertinya merasakan perubahan sikap Sekar. Hingga suatu sore, saat Sekar bersiap pulang, Sekar melihat lambaian tangan Adriano dari luar. Sekar membuka pintu ruangannya dan menemui Adriano. "Hai, ada yang bisa aku bantu?" Sekar tetap menjaga sikapnya terhadap Adriano. "Sekar, aku tahu ada yang berubah darimu sejak sore itu. Bisakah kita bicara sebentar? Aku buatkan cappucino untukmu. Please, Sekar. Tidak lebih dari 30 menit, " pinta Adriano. Sekar menghela nafas," Okay, 30 menit untukmu dan segelas Cappucino untukku. Deal". Adriano tersenyum gembira karena Sekar menerima tawarannya.


"Aku serius dengan pernyataanku, Sekar. Aku ingin kita bisa menjalin hubungan yang lebih serius, Sekar" ujar Adriano sambil menatap Sekar. Sekar tahu, pria dihadapannya berkata jujur. Cahaya kesungguhan itu terpancar dari matanya. Tapi beribu keraguan masih mengganjal dalam hati Sekar. 


"Aku tahu Adrian, aku tahu itu dan percaya padamu. Tapi, tidakkah kau tahu Adrian, banyak sekali perbedaan antara kita. Kita berbeda Adrian, bisakah kita menjalani ini?" balas Sekar sembari mencari jawaban di mata Adrian. "Well, aku tahu itu Sekar. Tapi apakah perbedaan ini menjadi penghalang? Bisakah kita membangun jembatan agar perbedaan itu bisa terhubung?. Aku yakin kita bisa, please Sekar, apa yang kau pikirkan saat ini? Aku tidak tahu bagaimana caramu menjalani hidup jika kau sendiri tidak berusaha menjadikannya lebih baik,"   jawab Adrian untuk membuat wanita di hadapannya percaya. "Ya, tapi aku tidak cukup siap untuk membangun jembatan itu. Setidaknya untuk saat ini " balas Sekar. " Ada aku bersamamu Sekar, kita bangun bersama jembatan itu," ujar Adrian. "Aku ingin seseorang yang tidak hanya membantuku untuk membangun jembtan itu, tapi seseorang yang bisa membimbing dan menjagaku saat membangun jembatan tersebut. Aku bukan seorang yang cukup kuat untuk membangun jembatan itu Adrian, " ucap Sekar lirih. "Itu berarti kau tidak yakin denganku Sekar?" Adrian berusaha mencari jawaban dari Sekar. "Maaf Adrian, ada banyak hal yang belum bisa aku ungkapkan padamu. Percayalah, pada waktunya nanti kau juga akan bisa paham", ujar Sekar.


"Entahlah, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan Sekar, untuk membuatmu yakin denganku. Semoga aku bisa menemukan cara lain dan bisa membuatmu yakin. Apakah perlu hipotesis dan data pendukung terlebih dulu?" Adrian berkata sembari tersenyum tipis. "Aku yakin pasti ada jalannya. Okay, 30 menit sudah aku mengambil waktumu," Adrian bangkit dari kursi mengakhiri pertemuan itu. "Semoga kau memikirkan perkataanku tadi Sekar", Adrian menenteng tasnya dan melambaikan tanggannya. "Bye," Sekar membalas lambaian tangan Adrian. 


Sekar berjalan kembali ke ruangannya sembari bermain dengan pikiran dan hatinya. "Adrian, entahlah, kenapa sampai saat ini aku belum yakin bahwa kau bisa jadi tempatku berlindung dan bisa membimbingku. Atau ini karena usiamu yang lebih muda dariku? " Sekar berdialog dalam hati. Sekar sendiri tidak tahu jawabannya. Tapi Sekar tidak mau melangkah jika dia sendiri masih ragu. Setidaknya untuk saat ini.


*********


Sekar masih berada di depan layar komputernya. Oh ya, ada foto yang ingin dia upload di facebook. Foto dari perjalanannya kemarin di Birmingham kemarin. Di kereta, dia bertemu dengan Cheung, lab mate nya, beserta pacarnya. Setelah foto ter-upload, Sekar memberi judul foto "on the way to Birmingham", dan tidak lupa memberi tag pada wajah Cheung di foto tersebut.


Tangan Sekar beralih membuka sekotak coklat dengan pita emas di sampingnya. Kotak coklat pemberian Adrian yang dia terima Jum'at lalu sebagai tanda perpisahan. "Sekar, terimakasih atas bantuanmu dalam final project-ku. Aku akan kembali ke Italia minggu depan. Tapi aku tidak akan melupakanmu Sekar. Aku akan kembali setelah menemukan cara lain untuk membuatmu percaya padaku," ucap Adrian sembari menyerahkan sekotak coklat pada Sekar. "Terimakasih Adrian, aku juga minta maaf jika aku telah mengecewakannmu. Mungkin suatu saat nanti pendirianku akan berubah. Tidak sekarang tentunya, karena akan membuatmu membatalkan untuk kembali ke rumah, " balas Sekar sambil tersenyum. "Tunggu aku Sekar, aku pasti kembali," Adrian mengucap kata perpisahan. "Hei, kau tidak boleh berjanji seperti itu. Aku tidak mau menunggumu disini terus. Aku juga ingin cepat lulus dan keluar dari gedung ini," balas Sekar sembari tertawa. "Hahaha....tentu Sekar. Good luck for your PhD, " ucap Adrian sembari melambaikan tangan.


Ya, Sekar pun tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Mungkin dengan berjalannya waktu, Sekar akan siap jika Adrian kembali. Mungkin dia akan menemukan Adrian yang lain. Atau mungkin juga ada yang lain selain Adrian, yang siap membimbing dan melindunginya? Seseorang yang siap mengajak Sekar untuk melangkah bersama melewati jembatan kehidupan tanpa keraguan. 


Dan saat ini, layar komputer masih terhampar di hadapan Sekar, dengan beberapa new stories pada wall facebook.










Posting cerita palsu pertama
Nottingham, 18 December 2011