Saturday, June 28, 2008

Rico de Coro



Judul Buku : Filosofi Kopi Penulis : Dewi Lestari Penerbit : Gagas Media
Posting friendster blog: July 23, 2006

Dari semua kumpulan cepen dan prosa di buku filosofi kopi, cerpen tentang ‘Rico de Coro’ inilah yang menurut saya paling OKE banget. Dee sangat dapat merangkai semuanya sehingga pembaca menganggap bahwa kerajaan kecoak itu ada dan berdampingan hidup dengan manusia.

Rico de Coro adalah seorang pangeran kecoak dari kerajaan kecoak yang menganggap diri mereka berbeda dengan kecoak got atau kecoak WC. Ibu Rico de Coro telah meninggal disemprot dengan baygon sesaat setelah dia meletakkan telurnya yang berisi Rico de Coro di bawah meja.

Bapak Rico de Coro yang bernama Hunter (Raja Kecoak) merasa bahwa mereka adalah kecoak yang berwawasan luas dan kuat. Hunter beranggapan demikian karena Hunter sendiri dibesarkan dibalik kotak TV yang dimiki keluarga Haryanto sehingga Hunter mengetahui perkembangan di luar sana. Rico de Coro jatuh hati pada Sarah, putri bungsu keluarga Haryanto. Menurut Rico, Sarah hampir tidak pernah mengusiknya dan bangsanya, karena saat melihat kecoak dari jarak 5 meter, sarah pasti sudah lari terbirit-birit. Berbeda dengan Tante, Oom Haryanto, Natalia, David dan pembantu di rumah itu yang selalu mengusik para kecoak dengan semprotan baygon.

Bahkan Rico de Coro pada akhirnya merelakan nyawanya untuk melindungi Sarah dari sengatan Tuan Absurdo, mutan kecoak hasil percobaan laboratorium yang dibawa Natalia dari sekolahnya. Tuan Absurdo pun akhirnya mati setelah mengeluarkan racunnya yang sebenarnya di peruntukkan bagi David. Saat Rico masih dalam keadaan lemas akibat terkena sengatan Tuan Absurdo, harus merelakan tubuhnya hancur dan mengeluarkan cairan setelah dipukul berkali-kali oleh David menggunakan sandal karet. Tapi Rico de Coro tetap membawa cintanya untuk Sarah, putri keluarga Haryanto.

Membaca cerpen itu saya jadi ingat waktu saya kecil. Dulu saya memiliki kucing bernama Betty. Saat itu saya juga beranggapan bahwa kucing juga memiliki kehidupan seperti manusia, mereka juga punya perasaan, termasuk ketika Betty punya anak dan harus menyelamatkan anak-anaknya dari terkaman suaminya yang saya beri nama Bartom. Kisah yang saya buat sendiri itu saya ceritakan kepada orang-orang di rumah termasuk kepada adik saya yang saat itu belum mengerti apa-apa. Saat saya SMA dan tidak terlalu memikirkan tentang kisah-kisah hewan di sekitar saya, ternyata adik saya punya hobi yang sama dengan saya. Adik saya menganggap cicak yang ada di kamar mandi kami (dia beri nama cicak itu Henry), memiliki kisah tersendiri. Menurutnya, Henry adalah cicak yang berbeda sifatnya dari cicak kebanyakan (lebih pintar) dan Henry juga punya perasaan. Mungkin cerpen Dee tentang Rico de Coro ini juga merupakan khayalan Dee waktu kecil tentang kecoak-kecoak yang memang hidup berdampingan dengan manusia.

Untuk cerpen dan prosa lainnya pada buku Filosofi Kopi (134 halaman) memang lumayan bagus sih (baca sendiri ya…..). Tapi memang cerpen Rico de Coro ini menurut saya tetap yang terbaik pada buku itu.

No comments: