Sampai saat ini saya juga tidak tahu siapa nama kakek tua itu. Cukuplah saya menyebut dia dengan "Simbah", panggilan untuk orang yang dituakan dalam bahasa jawa. Simbah ini adalah penduduk asli negara United Kingdom, alias British asli. Tercermin sekali dari penampilan fisknya yang jelas "bule" dan dandanan klasiknya.
Perkenalan saya dengan Simbah ini berawal sejak Oktober tahun 2009, saat saya baru menjadi bagian dari penduduk kota Nottingham. Perkenalan yang berawal dari tempat pemberhentian bis kota atau bus stop. Ya, hampir setiap pagi saya selalu menunggu bus bernomer 13 atau Maroon line di Dennis Avenue, siap membawa saya ke kampus University of Nottingham di area University Park. Disini tepatnya lokasi bus stop itu:
Dilihat dari keadaannnya, tempat pemberhentian bus ini memang bukan tempat yang nyaman untuk mengobrol. Pertama kali bertemu dengan Simbah, sepertinya tidak ada yang istimewa dari Simbah ini. Perawakannya termasuk kecil untuk ukuran bule pada umumnya.Mungkin juga dikarenakan beliau sudah tua, sehingga kemungkinan tulang-tulang dan otot-otot pada tubuhnya sudah mengalami penyusutan volume. Usianya kira-kira 70 tahun, atau bahkan lebih. Saya yakin pasti lebih dari 70 tahun, tapi entahlah, saya selalu gagal menebak usia penduduk asli Inggris. Kadang yang saya perkirakan sudah diatas 30 tahun ternyata masih berusia dibawah 25 tahun. Tapi bisa juga sebaliknya, saya kira masih 50 tahun, ternyata sudah 60 tahun.
Yang menarik dari pertemuan pertama saya dengan Simbah ini adalah sapaan dia dan pertanyaannya kepada saya yang agak bikin saya "gelagapan" menjawabnya.
"Morning", itu sapaan pertama Simbah kepada saya dan itu sapaan lazim bagi penduduk UK jika bertemu orang, baik yang dikenal maupun tidak dikenal. Saya pun menjawab, "morning", disertai dengan senyum. Sembari menunggu bus 13 yang memang selalu telat, Simbah pun mengajak saya ngobrol, sekedar mengisi waktu. Mungkin karena melihat saya memakai jilbab, pertanyaan pertamanya adalah ," Are you from Saudi Arabia?". "No, I am from Indonesia", jawab saya. "Ooh, from Indonesia, nice country", puji Simbah. "Do you study in the university?", tanya Simbah lebih lanjut. "Yes, I am first-year student in pharmacy, PhD program", saya menjelaskan. "Can you speak Arabic?" pertanyaan lanjutan Simbah, yang mungkin dia ajukan karena melihat saya memakai jilbab dan pasti saya seorang muslim. Dengan menyesal saya menjawab,"Sorry, I can't. But I know some words in Arabic, because I read Qur'an". "So, do you know about Al Fatihah?", tanya Simbah lebih lanjut. "Of course, I know about it. This is the opening Surah in Qur'an", saya menjawab sembari mati-matian berfikir keras untuk mentranslate dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Saat itu saya kira-kira baru 3 minggu tinggal di negara eropa ini, sehingga bisa dibayangkan betapa kacaunya English saya, meskipun sudah dinyatakan lolos tes IELTS. "What the meaning of Surah Al Fatihah? Can you explain to me?", tanya Simbah lagi. Gubraakkk......itu reaksi saya jika dikartunisasi. Saya tahu arti Surat Al Fatihah dalam bahasa Indonesia, tetapi jika diminta mentranslate dalam English, terus terang level saya belum sampai disitu. Saya pun berusaha menjelaskan sebisanya, "The Surah explains about the Merciful of our god, Allah". Jawaban yang pendek, dan sepertinya kurang menjelaskan bagi Simbah. Tapi jujur, saya tidak punya kosakata yang cukup untuk menjelaskan Ar rahman dan Ar Rahim. Untunglah, bus 13 yang kami tunggu akhirnya tiba, sehingga saya bisa menyembunyikan kebingungan saya. Tapi terus terang saya menyesal sekali tidak bisa menjelaskan dengan baik kepada Simbah. Pulang kampus, akhirnya saya bertanya ke paman "google" untuk terjemahan Al Fatihah dalam bahasa Inggris, siapa tahu lain waktu Simbah akan bertanya lagi.
Pertemuan saya dengan Simbah di bus stop itu terus berlangsung, meskipun tdk setiap hari. Kadang memang saya tidak mengambil rute bus 13, kadang juga saya berangkat lebih pagi dari jadwal biasanya. Jadwal Simbah naik bis adalah jam 8.18 pagi atau jam 8.44 pagi.
Tapi pagi itu, saat saya bareng lagi dengan Simbah, saya dikejutkan lagi dengan sesuatu dari Simbah. Saat melihat saya tiba di bus stop itu, dia tersenyum senang melihat saya. Sambil merogoh sesuatu dibalik jaketnya, dia berjalan mendekati saya. Wah, ada apa lagi nih, dalam hati saya berkata. Ternyata Simbah mengeluarkan secarik kertas catatan yang disimpan di balik jaketnya. Setelah mendekati saya, dia berkata, "Selamat pagi", menyapa saya. Ha...ha...ha...sempat kaget juga, ternyata kertas yang dikeluarkan Simbah adalah kertas contekan untuk menghafalkan kata "Selamat pagi". Saya pun menjawab salamnya dengan mengucap selamat pagi juga. Simbah senang sekali karena saya bisa mengerti kata dalam Bahasa Indonesia yang diucapkannya. Salut buat Simbah yang tertarik untuk mempelajari kata dalam Bahasa Indonesia.
Simbah pernah bercerita pada saya, bahwa dia banyak mempelajari keadaan negara-negara lain dari banyak menonton acara di BBC. Jadi Simbah banyak tahu tentang- tsunami di Aceh, letak Indonesia, bahwa Indonesia terbagi atas tiga zona waktu,- didapatnya dari rajin menonton siaran BBC. Sepertinya Simbah juga rajin membaca dan tertarik dengan negara Indonesia. Atau mungkin dia tentara veteran yang pernah berdinas di Indonesia pada jaman perang kemerdekaan? Entahlah.....lain waktu akan saya tanyakan pada Simbah.
Saya beranggapan bahwa Simbah sangat tertarik dengan negara Indonesia. Terbukti ketika Merapi bergejolak, Simbah bertanya tentang bagaimana kabar keluarga saya di Indonesia akibat ada gunung meletus tersebut. Ini menunjukkan bahwa Simbah mengikuti terus perkembangan berita tentang Indonesia. Saya menjelaskan pada Simbah bahwa memang letusan Merapi kali ini luar biasa hebatnya, tapi semoga keluarga saya aman karena keluarga saya tidak tinggal di daerah Jogjakarta. Tapi, ada kemungkinan bahwa abu gunung merapi akan menutupi seluruh pulau Jawa, dan saya berharap bahwa ini tidak akan terjadi karena jika terjadi maka keluarga saya juga akan terkena efek gunung Merapi.
Lain waktu dia bertanya pada saya, apakah saya pernah ke Australia. Saya menjawab bahwa saya belum pernah ke Australia. Simbah agak heran, karena dia tahu bahwa Australia terletak dekat dari Indonesia. Hmmm...berarti simbah juga paham letak geografis Indonesia. Jarang sekali orang British yang tahu pasti dimana Indonesia itu. Yah, mungkin ini juga dari hasil menonton BBC.
Persahabatan saya dengan Simbah di Bus Stop terus berlangsung hingga sekarang, meskipun tidak setiap hari kami bertemu. Kadang, ketika pulang kampus di sore hari, saya juga berjumpa Simbah di Bus 13. Tentunya saya akan menyapa Simbah dengan ramah, dan Simbah pasti membalas sapaan saya dengan senyumnya. Kadang obrolan kami sambil menunggu bis juga hanya seputar cuaca hari ini. Kadang juga Simbah menanyakan berapa jumlah koleksi buku di perpustakaan University saya. Obrolan ringan sembari menunggu Bus 13 yang selalu tidak tepat waktu.
Anyway, perkenalan dan persahabatan saya dengan Simbah yang terjadi di Bus Stop ini akan saya simpan sebagai kenangan saat bersekolah di Negeri Ratu Elizabeth ini. Mungkin nanti juga akan saya ceritakan pada anak atau cucu saya. Satu hal yang belum sempat saya laksanakan adalah mengambil foto Simbah. Ya.....suatu kali nanti pasti saya ambil foto Simbah sebagai kenang-kenangan dan cerita nanti setelah pulang ke Indonesia.
(Tulisan dimalam Senin, sembari mendengar radio Swaragama, bukan BBC)
No comments:
Post a Comment