Monday, February 20, 2012

Peneliti dan Sendok Teh (Researcher and Teaspoon)


Menurut definisi Kamus Bahasa Indonesia (www.KamusBahasaIndonesia.org), "peneliti" adalah sesorang yang melakukan penelitian, sedangkan definisi "sendok teh" adalah sendok kecil yang digunakan untuk mengaduk minuman (kopi, teh dan sebagainya). Lalu apa hubungan antara peneliti dan sendok teh?

Kesulitan menemukan sendok atau alat yang dapat saya gunakan untuk mengaduk kopi saat di kampus, mendorong saya untuk membawa sendiri sendok teh dari rumah. Tentunya sendok tersebut saya simpan di laci meja saya, dibagian atas, bercampur dengan kalkulator, penggaris dan alat tulis yang lain. Kadang sendok teh itu juga saya kantongi di saku jeans saya, jika saya belum punya waktu untuk masuk ke ruang kerja saya. Memang terkesan agak "jorok" atau "disgusting", tapi perlu diketahui, saya selalu membilas sendok teh habis pakai tersebut dengan tap water sebelum masuk ke saku jeans atau laci meja saya. Ini berarti sendoknya dalam keadaan bersih 'kan dan tidak mungkin didatangi semut-semut nakal. Terlebih lagi di Inggris tidak ada semut.

Dan ternyata, masalah peneliti dan sendok teh ini tidak hanya terjadi di tempat saya. Kesimpulan ini terjadi setelah teman satu ruangan saya menempelkan artikel dari jurnal BMJ (British Medical Journal) di papan pengumuman. Papan pengumuman ini memang biasa digunakan untuk menempelkan segala informasi yang berkaitan dengan group research kami, mulai dari jadwal meeting, jurnal terbaru, hingga hari ulang tahun anggota group.Judul artikel tersebut adalah "The case of the disappearing teaspoons: longitudinal cohort study of the displacement of teaspoons in an Australian research institute"

Saat melihat tujuan penelitian itu, saya langsung tergelitik untuk membaca artikel itu lebih lanjut. Artikel itu menyebutkan bahwa tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kecepatan hilangnya sendok teh berdasarkan tipe sendok teh atau tipe tearoom. Penelitian tersebut berlokasi di sebuah lembaga penelitian di Australia.

Yang dilakukan oleh peneliti adalah menempatkan sendok-sendok teh (yang terlebih dahulu ditandai) dengan tipe 2 tipe yang berbeda yaitu yang terbuat dari stainless steel dan yang terbuat dari bahan dengan kualitas yang lebih baik. Sendok teh tersebut ditempatkan menyebar di beberapa tearoom. Keberadaan sendok teh tersebut dipantau secara berkala tiap minggu selama 2 bulan, dan tiap 2 minggu selama 3 bulan, sehingga total waktu pengamatan adalah 5 bulan. Setelah menginjak bulan kelima, peneliti mengedarkan himbauan kepada para research staf dan student pengguna tea room di lembaga penelitian tersebut untuk mengembalikan sendok teh (yang bertanda) yang mereka miliki, apakah sendok tersebut berada di ruang kerja atau berada dirumah. Selain himbauan untuk mengembalikan sendok teh, mereka juga diminta mengisi kuisioner yang berkaitan dengan sendok teh.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa waktu paro (atau t1/2 atau half life) hilangnya teaspoon adalah 81 hari, atau sekitar 2.5 bulan. Tipe tearoom ternyata berpengaruh terhadap kecepatan hilangnya sendok teh, misalnya pada communal tearoom, sendok teh lebih cepat menghilang (half life 42 hari atau 1.5 bulan). Tetapi, tipe sendok ternyata tidak berpengaruh terhadap kecepatan hilangnya sendok teh, karena pada intinya, para peneliti di lembaga penelitian tersebut tidak peduli terbuat dari apakah sendok teh mereka, yang penting bisa digunakan untuk mengaduk. Di tempat saya pun, kadang ada beberapa teman yang mengaduk kopi atau teh dengan garpu atau pisau, atau apapun sepanjang bisa digunakan untuk mengaduk.

Yang semakin membuat saya tertawa membaca hasil penelitian ini, jika hasil penelitian di lembaga riset ini (dengan populasi kurang lebih 140 orang) diaplikasikan pada penduduk Melbourne (populasi sekitar 2.5 juta), dengan kecepatan hilangnya sendok teh yang sama, maka Melbourne akan kehilangan sendok teh sebanyak 18 juta pertahun. Jika jumlah ini dideskripsikan, panjang jajaran 18 juta sendok teh adalah lebih dari 2700 kilometer atau sama dengan garis luar pantai Mozambique..!!!

Menelusuri kemana perginya sendok teh tersebut, penelitian ini juga dilengkapi dengan kuisioner. Ternyata, lebih dari 50% penghuni lembaga penelitian tersebut menyatakan tidak mencuri/ mengambil sendok teh tersebut, dan lebih dari 50% juga menyatakan bahwa mencuri sendok teh adalah perbuatan yang tidak benar. Jika demikian, kemana perginya sendok teh dari tearoom???

Teori yang diadopsi dari Douglas Adams and Veet Voojagig, menyatakan bahwa ada planet yang menjanjikan bagi kehidupan untuk sendok teh diluar angkasa. Sehingga jika ada sendok teh yang tidak sedang digunakan atau diluar pengawasan, maka sendok teh akan perpindah melewati ruang dan waktu dimana mereka bisa menikmati Spoonoid Lifestyle atau kehidupan yang lebih baik bagi sendok teh di planet tersebut

Dugaan lainnya mengenai kemana perginya sendok teh ini, dikaitkan dengan teori counterphenomenological resistentialism, es choses sont contre nous (things are against us). Teori ini mempercayai bahwa benda tidak hidup punya kecenderungan tidak menyukai manusia, sehingga menyebabkan benda-tidak-hidup ini mengatur kehidupan manusia. Hilangnya sendok teh dengan kecepatan tinggi tanpa diketahui penyebabnya ini, membuktikan bahwa manusia sudah kehilangan kontrol terhadap sendok teh. 

Respon yang muncul dari tulisan ini lebih menggelitik. Ada yang mengkaitkan bahwa hilangnya sendok teh dikaitkan dengan teori evolusi, ada yang mengkaitkan dengan teori gravitasi lokal yang menyebabkan sendok teh mengkerut dan teori-teori lainnya. Berbagai komentar tentang artikel ini bisa dilihat disini:

Menurut saya, berdasarkan pengamatan dan pengalaman, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecepatan hilangnya sendok teh  di suatu lembaga penelitian:

Pertama, sendok teh dilengkapi dengan tracking system sejenis satelit sehingga bisa dilacak keberadaannya. Saran ini juga disebutkan oleh penulis artikel diatas

Kedua, sendok teh diberi pengait yang terbuat dari kawat baja, yang tidak bisa digunting, dan tidak bisa dipindahkan. Sehingga, sendok teh akan tetap keberadaannya.

Ketiga, merawat sendok teh dengan baik supaya mereka bisa menikmati spoonoid lifestyle di bumi dan tidak lari ke "Planet Sendok Teh" diluar angkasa. Caranya antara lain dengan mencuci/membersihkan sendok teh langsung setelah digunakan, memberikan mereka tempat yang layak pada laci meja, atau memberikan cuti tahunan kepada sendok teh. I did it.....biasanya saya memberi annual leave pada sendok teh saya saat summer holiday (sekitar bulan Agustus atau September tiap tahunnya).

Keempat, meniadakan keberadaan sendok teh dan mengganti dengan stik kayu disposable, yang penting bisa untuk mengaduk. Berdasarkan hasil penelitian diatas, bukankah material sendok teh tidak mempengaruhi? Jadi mau apapun bahannya, yang penting bisa untuk mengaduk. 

Kelima, bring your own. Setiap orang wajib membawa sendiri sendok teh untuk dirinya sendiri, sehingga tiap orang bisa memiliki kontrol terhadap sendok teh masing-masing. Ini sejalan dengan conterphenomelogical resistentialism. Manuasia lah yang harus memiliki kontrol terhadap benda tidak hidup, bukan sebaliknya. Aturan ini sudah diterapkan di tempat saya. Saya kurang tahu mulai kapan, yang jelas semenjak saya datang (sekitar Oktober 2009), saya harus membawa sendok teh sendiri, karena memang tidak ada sendok teh yang tersisa lagi di common room

Anyway, ini hasil penelitian yang benar-benar menarik. Metodenya dirancang dengan baik, hasilnya pun bisa dijelaskan dengan baik. Terbukti, tanpa dana yang besar pun, penelitian bisa tetap berjalan asal dirancang dengan baik. Artikel ini pun bisa dimuat di British Medical Journal, Journal bergengsi dengan Impact Factor sekitar 13 (ISI web of Science, 2011). Untuk merancang penelitian yang baik, tentunya seorang peneliti harus melakukan pengamatan dan study mendalam mengenai jenis penelitian yang akan dikerjakan, tujuan, metode yang digunakan dan juga melakukan pembahasan dengan baik dari hasil penelitiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan dukungan stimulan seperti kopi atau teh, dan tidak lupa sendok teh untuk mengaduk......!!!


Mari meneliti................:-))


February 2012, on lazy Sunday Night


Link article "The case of the disappearing teaspoons: longitudinal cohort study of the displacement of teaspoons in an Australian research institute":

http://www.bmj.com/content/331/7531/1498







3 comments:

Maharani Dewi S. said...

my God, such a nice article jeng Nit :) tak pernah menyangka teaspoon bisa jadi topik riset, masuk jurnal bergengsi lagi ya...

anyway, di lab-ku para sendok teh baik2 saja eh, ngga pernah ngilang ...

Anita Sukmawati said...

Thank you Rani....
Makanya aku sampai terkekeh2 geli waktu membaca artikel ini. Masuk BMJ lagi. Memang metode penelitiannya bagus sih....

Eh, berarti orang2 di tempatmu termasuk tertib dan teratur dalam menggunakan sendok teh. Secara bangsa Jepang, orang yang tertib gitu loh...

Kalo ditempatku, kasusnya persis seperti yang ada di artikel jurnal ini. Secara mereka satu turunan mungkin ya. Australian konon kabarnya sebenarnya orang British yang di "transmigrasi"-kan ke Australia, benua yang saat itu baru ditemukan.

Anita Sukmawati said...
This comment has been removed by the author.