Sunday, December 12, 2010
Engagement
Wednesday, November 10, 2010
Si Mbah itu.......
Wednesday, August 25, 2010
Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia
Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".
Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.
Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.
Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."
Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "
Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2' di pemerintahannya)
(Copy paste dari milis tetangga)
Friday, July 23, 2010
Flowers are Red
She said…It’s not the time for art young man
And anyway flowers are green and red
There’s time for everything young man
And a way it should be done
You’ve got to show concern for everyone else
For you’re not the only one
And she said……..
Flowers are red young man
And green leaves are green
There’s no need to see flowers any other way
Than the way the always have been seen
But the little boy said……
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the mornin’ sun
So many colors in a flower and I see every one
Well the teacher said…You’re sassy
There’s ways that things should be
And you’ll paint flowers the way they are
So repeat after me…
And she said….
Flowers are red young man
And green leaves are green
There’s no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen
But the little boy said….
There are so many colors in the rainbow
So many colors in a flower
And I see every one
The teacher put him in a corner
She said….It’s for your own good
And you won’t come out ’till you get it right
And all responding like you should
Well finally he lonely
Frightened thoughts filled his bead
And he went up to the teacher
And this is what he said…and he said
Flowers are red, green leaves are green
There’s no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen
Time went by like it always does
And they moved to another town
And the little boy went to another school
And this is what he found
The teacher there was smilin’
She said…Painting should be fun
and there are so many colors in a flower
So let’s use every one
But that little boy painted flowers
In neat rows of green and red
And when the teacher asked him why
This is what he said,..and he said
Flowers are red, green leaves are green
There’s no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen
*Lirik lagu favorit tentang kebebasan berpikir dan berkarya. Semoga bisa menjadi cermin bagi para pendidik, termasuk saya.
Flowers is not only in red colors, we can found several different colors on them. Like science as well, we could find many colors in sciences...*
Selamat Hari Anak Nasional
Friday, May 21, 2010
Saturday, May 08, 2010
Edensor Village
Malam hari sebelum berangkat, kami mencari rute angkutan umum menuju kesana. Ternyata informasinya relatif terbatas karena Edensor hanyalah sebuah desa kecil di Derby. Ada beberapa alternatif untukmenuju kesana. Alternatif pertama adalah menggunakan kereta, kemudian turun di Matlock dan disambung dengan bus dalam kota. Alternatif kedua menggunakan bus yang menuju ke arah Sheffield, turun di Bakewell, kemudian ganti bus dalam kota. Setelah melihat dan membandingkan jadwal kereta dan bus, kami memutuskan untuk naik bus National Exprees yang jadwalnya lebih pagi dibandingkan jadwal kereta dengan pertimbangan agar teman saya tidak terlalu sore nantinya untuk kembali ke Leeds.
Wokey deh....pagi harinya, setelah menyiapkan bekal makanan kami berangkat menuju Broadmarsh bus station, station bus di Nottingham. Kekacauan planning mulai terjadi disini. Untuk menuju Broadmarsh, biasanya saya masuk dari Broadmarsh Shopping Centre, tapi karena hari itu adalah Easter holiday, pintu masuk Broadmarsh Shopping Centre ditutup. Ya, untuk public holiday (atau bank holiday), tempat-tempat umum juga ikut tutup. Panik jelaslah, karena jadwal bus yang kami tuju tinggal 15 menit lagi, sedangkan karena pintu Broadmarsh Shopping Centre ditutup sehingga kami harus ambil jalan memutar untuk bisa sampai ke Broadmarsh bus station.
Semi-berlari, itulah yang kami lakukan agar bisa mengejar jadwal bus. Jam 8.40am akhirnya kami menginjakkan kaki di terminal Broadmarsh. Masih ada 5 menit lagi dari jadwal bus yang kami tuju. Platform 13 jadi tujuan kami, tapi setelah menunggu 15 menit, kok bus National Express yang kami tuju tidak ada. Saya berusaha bertanya ke informasi dan tempat penjualan tiket yang ada di station itu, tapi semua loket tiket dan informasi juga tutup karena public holiday. Ya sudahlah, memang belum rejekinya untuk berkunjung ke Edensor.
Sambil beristirahat, saya mengamati informasi jadwal bus yang tertempel di Platform 13 itu. Ternyata ada bus Trent Barton yang menuju ke Manchester. Membaca rute yang akan ditempuh bus itu, ternyata bus itu juga lewat Bakewell. Yup...ini bisa jadi alternatif. Kalaupun tidak sampai Edensor, setidaknya nanti sudah sampai Bakewell. Saat bus Trent Barton tiba, saya bertanya ke supir bus tersebut apakah bus ini akan lewat Bakewell. Dan dugaan saya benar, bus itu transit di Bakewell. Tiket Nottingham-Bakewell hanya 8 GBP untuk pulang-pergi (return ticket), dan kami membeli zig-zag ticket. Zig zag ticket ini bisa digunakan untuk naik bus yang termasuk dalam grup company Trent Barton.
Satu setengah jam perjalanan membawa kami ke Bakewell. Supir bus tersebut menurunkan kami di Bakewell market. Sampai Bakewell, celingak-celinguk lagi, tidak tahu harus naik bus apa dari Bakewell. Tapi untunglah, saya menemukan tourist information (yang tidak tutup) di Bakewell market tersebut. Dari situlah kami dapat info tentang bus yang bisa membawa kami ke Edensor. Bus nya hanya lewat 1 jam sekali. Pas sekali, ada jadwal jam 11.45, berarti kami masih punya waktu 15 menit untuk jalan menuju bus stop.
Dan yang lebih menguntungkan lagi, ternyata bus dalam kota tersebut termasuk dalam grup company Bus Trent Barton, sehingga kami masih bisa menggunakan ticket bus yang pertama tadi. Sesuai dengan petunjuk dari petugas tourist centre, saya bilang ke supir bus tersebut bahwa kami akan berhenti di Edensor Gate. Bus yang kami tumpangi ini relatif penuh juga, mungkin karena hari libur. Apakah mereka juga akan menuju Edensor?
Perjalanan bus dari Bakewell menuju Edensor selama 30 menit itu sepertinya sudah menunjukkan hasilnya. Bus sudah memasuki area pedesaan dengan padang rumput yang terhampar indah. Perjalanan bus itu berakhir pada sebuah bangunan seperti istana dengan taman yang indah. Inikah Edensor?
Seluruh penumpang bus turun ditempat itu. Kami juga akan turun di tempat itu. Tapi tunggu, supir bus itu bertanya,apakah kami jadi untukberhenti di Edensor gate? O tentu Pak, karena itu tujuan utama kami. Dan ternyata, istana dengan taman yang indah itu bukan Edensor. "I will drop you at Edensor Gate", kata supir bus tersebut. Bus lalu berbalik arah dan kami diturunkan di pinggir jalan besar. "This is the Edensor Gate", begitu penjelasan supir bus. Hai.....inikah Edensor? Kok sepertinya bukan suatu object wisata? Mungkin supir bus itu juga menyimpan keheranan kenapa kami minta diturunkan di Edensor, padahal object wisata didaerah itu adalah istana dengan taman yang indah tadi. Atau mungkin juga dia sudah maklum, karena mungkin kami bukan orang pertama, yang berwajah Asia, yang minta diturunkan di Edensor he...he..he....
Dari Edensor Gate, kami berjalan masuk. Apakah ini Edensor? Wah...kok tidak ada petunjuk apapun yang menyatakan kalo daerah itu adalah Edensor. Berjalanlah terus kami menyusuri jalan besar yang berbukit dengan hamparan rumput di pinggir jalan. Sampai akhirnya, ada bus stop yang menunjukkan bahwa tempat itu adalah EDENSOR........Ini buktinya:
(saya ada di bawah plang bus stop ini, sedang mengambil gambar bus stop )
Yap......ternyata benar ini Edensor.Whaaa...senang sekali akhirnya bisa menemukannya. Untuk memenuhi janji dengan teman-teman saya di Solo, yang memang jadi fans berat novel Edensor, satu lagi gambar Edensor yang saya kirimkan untuk mereka, yang jelas harus ada tulisan Edensornya.
Seperti yang diceritakan Andrea di novelnya, Edensor adalah sebuah desa yang tenang dengan rumah-rumah yang terbuat dari batu. Yang mengesankan bagi saya selama berjalan di Desa Edensor ini adalah orang-orang yang ramah. Edensor adalah desa yang sepi, jadi saat kami berjalan menyusuri desa itu, jelas sekali terlihat bahwa kami adalah orang asing. Tapi mereka tetap menyapa dengan ramah, "are you all right?" sapaan khas orang-orang midlands. Penduduk yang menyenangkan, seperti gambaran desanya, ramah dan damai.
Edensor hanyalah sebuah desa kecil, dalam waktu satu jam, kami sudah selesai mengeksplorasi wilayah Edensor. Setelah istirahat makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Istana dengan taman yang indah, dimana tadi banyak wisatawan yang berhenti disana. Berjalanlah kembali kami kesana. Ternyata, tempat wisata itu bernama Peak District, dan Istana indah itu adalah Chatsworth House, tempat tinggal dinasty Dukes of Devonshire, penguasa wilayah tersebut. Dan Edensor termasuk dalam wilayah milik Duke of Devonshire juga. Oohhh...itu sebabnya kenapa Chatsworth house ini lebih terkenal di UK dibandingkan Edensor.
Chatsworth House dengan tamannya yang indah
Puas mengelilingi Peak District, kami memutuskan untuk pulang karena hari semakin sore. Saya berpisah arah dengan teman saya dari Leeds karena mereka kembali ke Leeds melalui Sheffield, sedangkan saya kembali lagi ke Bakewell untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Nottingham. Bus yang ditunggu akhirnya datang juga. O lala....ternyata supir bus nya sama dengan yang membawa kami ketika berangkat tadi. Dia tersenyum ramah pada kami. Thanks pak, berkat Bapak kami akhirnya sampai Edensor.
Penasaran untuk mengambil rute pulang yang berbeda, saat bus melewati Matlock, akhirnya saya dan teman berhenti di Matlock. Gadis yang duduk di depan saya memberi info bahwa akan ada bus Trans Peak dari Matlock menuju Nottingham, tapi kadang memang sedikit terlambat dari jadwal. Ya tidak apa-apalah, hitung-hitung sekalian menikmati Matlock. Bus Trans Peak inilah yang akhirnya membawa kami kembali ke Nottingham.
Edensor....oh Edensor.....akhirnya kami bisa mengunjungimu. Ayo temans, kalo ada yang mau berkunjung ke Edensor, saya siap mengantar. Saya siap mengantar keliling Eropa....sampai Afrika...........
(posting sembari menunggu waktu Isya' yang semakin larut)
Sunday, April 11, 2010
High-Trust Society
Teori yang saya baca itu sepertinya memang ada benarnya. Berdasarkan pengalaman selama tinggal di UK, memang saya mengakui bahwa level kepercayaan masyarakat disini lebih tinggi, dan memang UK termasuk dalam negara dengan tingkat kesejahteraan yang baik.
Seminggu yang lalu, student card saya mengalami masalah. Student card itu biasa saya gunakan untuk akses masuk ke dalam gedung dan laboratorium, dan sekaligus bus pass saya juga tergabung dalam student card tersebut. Untuk alasan kepraktisan, saya biasa mengisi bus pass dalam student card itu untuk periode 3 bulan atau sekitar 93 hari. Akhir Maret lalu saya baru saja top-up bus pass untuk 3 bulan kedepan. Masalah pada student card itu juga saya rasakan juga sejak akhir Maret yang lalu. Untuk akses dalam gedung, kadang card itu bekerja dengan baik, kadang juga tidak. Untunglah saya biasa datang pada saat jam orang-orang mulai ramai berdatangan, jadi kalau kartu saya tidak bekerja, saya tinggal menunggu orang lain datang, dan saya mengikuti dibelakangnya. Jadi selamat deh bisa masuk gedung.
Saya baru menganggap problem student card saya itu serius saat saya naik tram di city centre bersama teman. Karena saya berlangganan bus dan tram, pada waktu kondektur memeriksa karcis, saya tinggal menyerahkan kartu saya ke kondektur. Kondektur lalu akan mengecek kartu saya dengan alat khusus untuk kartu langganan. Nhaaa...masalah muncul saat di cek menggunakan mesin pengecek kartu, sensor mesin itu menyala merah, yang berarti kartu saya tidak diterima. Kalo kartu saya expired, jelas tidak mungkin, karena waktu itu saya baru mengisinya 3 hari yang lalu untuk bus pass nya. Saya agak panik, karena saat itu saya tidak membawa koin untuk membayar tram. Tapi penjelasan dari Ibu Kondektur tram, bikin saya lega. Dia bilang. "Look at this...baby, the file in your card is corrupt, so it didn't work. But you don't need to pay for this tram, let check your card as soon as possible, and save for your money" sambil tetap tersenyum kepada saya. Oohhh..baiknya Ibu itu, dan dia percaya kalo kartu saya itu memang ada bus pass-nya.
Karena tidak mau bermasalah lagi dengan akses gedung dan bus pass, segera setelah libur easter berakhir, saya segera mengurus masalah kartu saya ke security office. Ternyata peyebab masalah itu adalah adanya retakan kecil pada kartu saya, sehingga data elektronik yang tersimpan dalam kartu tidak bisa terbaca. Saya juga baru tahu setelah security officer itu memperlihatkan belahan kecil pada pojok kanan atas kartu saya. Menurut analisa security officer, retakan itu terjadi karena saya meletakkan kartu itu di saku celana, sehingga kalo saya duduk, ada kemungkinan kartu itu patah akibat terlipat. He...he..he...kok dia tahu ya kalo saya sering menyimpan kartu itu disaku. Memang untuk alasan kemudahan, karena saya sering berpindah-pindah gedung, kartu itu saya masukkan ke saku samping celana. "Keep your card in wallet or purse," begitu pesan security officer setelah selesai mencetak ulang kartu saya. Okey deh.....tapi bagaimana dengan bus pass saya? Menurut penjelasan security officer, kartu itu dicetak dengan barcode yang sama dengan kartu sebelumnya sehingga semua data yang ada pada kartu lama otomatis juga akan ada di kartu baru. Oh...begitu ya....
Akses gedung lebih lancar setelah dapat kartu baru. Tapi, ketika pulang dari kampus, saat menempelkan kartu saya di mesin pembaca kartu dalam bis. Kartu saya tidak bekerja....!!! Mana saya nggak ada uang receh lagi, karena bus tersebut tidak menyediakan kembalian........panik sekali. Untungnya supir bis itu baik hati, dia bertanya, "Did you use it before?". "Yes, but I had changed the card today and have new card with me," saya berusaha menjelaskan. "Oke darling, check your card again on the bus tomorrow morning, and explain to the driver that you had a new card. And activate your card in your university card office tomorrow," katanya, "and please get in the bus". Oooohhh.....baiknya si Bapak driver. Esok paginya, saat akan berangkat kampus, saya menjelaskan kepada driver-nya tentang masalah kartu saya sehingga saya bisa naik bus tanpa membayar. Dan masalah kartu dan bus pass itu akhirnya selesai setelah saya melakukan aktivasi ulang ke kantor pusat perusahaan bus tersebut di City Centre.
Yang menarik dalam hal ini adalah betapa mereka begitu percaya terhadap seseorang. Mereka, para bus driver dan kondektur tram itu, percaya saja bahwa memang saya punya bus pass yang menempel di kartu dan kartu saya sedang dalam masalah. Padahal ada kemungkinan juga bahwa saya adalah seseorang yang tidak punya bus pass tapi hanya mengaku bahwa kartu saya sedang dalam masalah. Pada saat saya menyerahkan kartu dan kartu saya tidak bekerja, mereka juga tidak minta bukti lain seperti kuitansi pembelian bus pass atau yang lainnya. Padahal, kalo di Indonesia.......hmmm....kemungkinan saya bisa dimintai surat keterangan dari sekolah kalo kartu saya rusak, kuitansi pembelian bus pass, plus diwawancarai oleh petugas dengan wajah curiga.
Bandingkan saja kejadian diatas dengan kejadian yang saya alami di kampus tempat saya bekerja di Indonesia. Dulu, sekitar tahun 2002, institusi tempat saya bekerja belum mencetak ID-card untuk dosen maupun karyawan, sehingga memang tidak ada tanda pengenal yang jelas apakah ini dosen, karyawan, atau tamu. Untuk mahasiwa, malah sudah ada tanda pengenal yang jelas yaitu Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Saat itu, sistem parkir motornya adalah dengan menggunakan karcis parkir dimana nomor kendaraan ditulis pada karcis parkir oleh petugas parkir. Karena saya sering teledor, karcis parkir itu hilang, mungkin tidak sengaja terlipat dan terbuang, karena karcis parkir itu seperti potongan kertas kecil dari kertas buram. Pada waktu akan pulang, karena menyadari keteledoran saya, saya menyerahkan STNK motor saya kepada petugas parkir sebagai bukti bahwa saya mengambil kendaraan saya (bukan kendaraan orang lain). Saya kira ini sudah cukup sebagai bukti, tapi ternyata tidak. Petugas parkir memandang saya dengan curiga, mungkin karena saya orang baru juga di kampus itu sehingga beliau belum mengenali wajah saya. Petugas parkir itu berkata," Wah.....kok karcis parkir e iso ilang mbak....mana KTM nya, supaya bisa saya catat dibuku". Karena tidak punya KTM, saya bilang ke petugas parkir bahwa saya tidak punya KTM karena saya adalah Dosen. Eh...si Bapak malah tambah curiga. " Dosen....? Dosen mana....", walah....kok nggak dipercaya ya kalo saya dosen, padahal menurut saya, saat itu saya sudah berpenampilan "dosen banget" githu loh.....Bingung juga, wong memang saya tidak punya tanda pengenal sebagai dosen dan SK pengangkatan sebagai dosen saya tinggal di rumah (karena saya kira tidak akan berguna untuk mengurus parkir). Untungnya ada serombongan mahasiswa saya yang akan parkir karena mereka ada kegiatan di kampus sore itu. Mahasiswa saya menegur saya "baru pulang Bu?". Teguran yang menyelamatkan saya, karena petugas parkir itu jadi percaya kalo saya dosen di institusi itu akibat teguran mahasiswa terhadap saya tadi. Tapi tetap saja pak petugas parkir itu bilang lain kali karcis parkirnya jangan hilang lagi ya, atau nanti kalo hilang lagi, saya boleh pulang kalo sudah tidak ada motor lain selain motor saya di tempat parkir itu. Gubrakkk......apa bukti STNK motor belum cukup ya......
Yah....bagaimanapun, memang harus diakui, bahwa negara kita mungkin termasuk yang kurang sejahtera sehingga memiliki kepercayaan yang rendah terhadap sesuatu hal, seperti teori yang saya sebutkan diatas tadi. Lihat saja, kalo berurusan dengan birokrasi dan dokumen penting, selain dokumen harus dilegalisir, yang asli juga harus dibawa, karena ditakutkan yang hasil legalisiran itu adalah palsu. Ha...ha..ha...repot banget ya. Waktu saya menghadiri konfrensi di Malaysia, panitia dibuat geger karena saya minta cap asli pada SPPD saya, karena kalo tidak cap asli, SPPD saya tidak diterima di institusi saya. Padahal, mereka, di Malaysia jarang menggunakan cap-cap an seperti itu untuk mengecek keaslian dokumen. Ini juga contoh high-trust society dan Malaysia juga termasuk negara dengan tingkat kesejahteraan yang baik, iya 'kan...?
Jadi, bagaimana membangun high-trust society di negara kita, Indonesia? Ditingkatkan kesejahteraannya dulu, atau high-trust society yang membuat negara bisa sejahtera? Mungkin menjawab pertanyaan ini seperti menjawab "lebih dulu mana....telur atau ayam.....??"
Sunday, March 28, 2010
Party
Ini adalah kali ketiga saya menghadiri party disini. Pengalaman pertama saya adalah menghadiri christmas lunch party. Christmas memang sepertinya sudah menjadi budaya bagi orang-orang eropa, jadi sepertinya malah tidak terkait dengan "religious". Sejak bulan November, biasanya sudah ada edaran-edaran untuk christmas dinner atau christmas lunch di group-group research. Tiap research grup mengadakan acara christmas meal ini dengan versinya masing-masing.
Grup research saya, tissue engineering group, mengadakan dua macam acara christmas meal, christmas lunch dan christmas dinner. Karena saat itu sudah masuk winter, dan siang hari begitu pendek, saya ikut dalam acara christmas lunch saja. Lagipula saya penasaran christmas party di UK itu seperti apa. Dipilihlah Restaurant Petit Paris di City Centre untuk acara ini. Ini adalah restaurant yang menyediakan makanan perancis. Whaaa....jadi tambah penasaran pengin ikut mencoba masakan perancis.
Jum'at siang, kami meninggalkan kampus menuju lokasi acara. Bersama-sama tentunya. Sampai disana, meja yang kami pesan sudah disiapkan. Pada tiap meja, sudah ada kado kecil yang diikat pita pada kedua ujungnya. Apa ya isinya??? saya juga penasaran, kado christmas-kah? saya coba mengguncang kado itu....bunyinya seperti ada barang kecil didalamnya. Crackers...??? mungkin juga. Kita lihat saja nanti. Trus, kami juga diberi topi dari kertas warna warni, untuk dipakai. Jadi seperti pesta ultah waktu kecil dulu.
Daftar menu pun diedarkan. Wah bingung, mau pesan apa, karena semua berbahasa perancis. Saya berkata dalam hati, ya kalo terpaksa ya pesan menu vegetarian, karena alternatif ini lah yang paling aman untuk muslim seperti saya yang tidak bisa makan daging atau ayam sembarangan. Mau pesan seafood, nggak tau seafood itu bahasa perancisnya apa. Untunglah ada Asma, third year student yang duduk kebetulan berhadapan dengan saya. Dia sepertinya membaca kebingungan saya. Asma juga seorang muslim. Dia langsung menjelaskan tiap menu itu isinya apa saja. Kebetulan ada menu ikan salmon dengan saus. Siiippp, saya akhirnya pesan itu dan cheese cake dengan winter fruit untuk dessert-nya. Untuk minum, saya pilih coke saya, untuk mengantisipasi kalo-kalo nanti makanan yang saya pesan bikin eneg.
Sambil menunggu pesanan disiapkan, saatnya membuka kado-kado yang ada didepan kita. Cara membukanya juga unik sekali. Kita harus saling menarik ujung pita kado yang dimiliki oleh teman kita. Untukmembuka kado itu, saya berpasangan dengan Toby. Bingung cara membuka, tapi untungnya Toby memberi petunjuk, "pull it", Oke deh, tarik, ternyata ada suara petasan saat pita ditarik. Saya penasaran melihatt isinya. O...o.., ternyata mainan kecil dari plastik, yang kalo di Indonesia biasa dijual di penjual balon untuk anak-anak. Saya dapat gasing kecil, Toby dapat butterfly. Dan didalam kado itu ada selembar kertas kecil yang isinya tebak-tebakan yang kita baca didepan teman-teman, trus teman yang lain menebak jawabannya dengan jawaban yang lucu-lucu. Seperti plesetan lah, kalo di Indonesia. karena nggak begitu mengerti bahasa gaul orang UK, kadang jawaban yang dianggap lucu, saya nggak bisa ngerti lucunya dimana. Tapi ya sudahlah...ikutan tertawa saja. Yang penting suasana jadi "fun". Acara ini lumayan berguna sambil menunggu pesanan datang. Dan disinilah saya jadi bisa mengambil kesimpulan bahwa christmas meal ini hanya bagian dari budaya, bukan sesuatu yang religious, karena sepanjang acara ya isinya hanya ngobrol-ngobrol dan tebak-tebakan saja, tidak ada acara berdo'a bersama menyambut christmas. Dan tidak ada seorang pun yang berbicara kalo nanti Christmas tiba mau berdoa di gereja mana.
Acara party yang kedua adalah Birthday Party dari Andrea, teman dari portugis. Andrea tidak satu lab dengan saya, tapi kami masuk pada tahun yang sama, saya mengenal dia sewaktu induction program untuk new students di kampus. Karena dia Portugis, acara diselenggarakan di Restoran Portugis di daerah Hyson Green,Nottingham. Sebelum acara, saya bertanya ke Andrea apakah restoran itu menyediakan makanan untuk vegetarian atau tidak. Dan ternyata, info dari Andrea, masakan portugis itu terkenal dengan seafoodnya, jadi amanlah untuk saya yang tidak bisa makan daging dan ayam sembarangan.
Acara Andrea's Birthday Party ini diselenggarakan jam 7 malam. Padahal saat itu sudah winter, Whaaa....dingin sekali rasanya harus keluar rumah malam-malam. Tapi ada perasaan nggak enak kalo tidak datang, karena saya kenal cukup baik dengan Andrea. Format birthday party Andrea ini beda lagi. kami disuguhi berbagai snack, seperti gorengan atau bala-bala menurut saya, dari bahan ikan. Macamnya banyak sekali. Gorengan ini terus mengalir selama kita ngobrol. Kemudian dilanjutkan dengan "drink". Karena saya tidak minum wine, jadi saya juga ikutan "drink" dengan air mineral sajah...he..he...he..... Satu lagi pengetahuan yang saya dapat dari ikutan party seperti ini. Ternyata untuk teman minum wine, biasanya snacknya adalah kacang atau buah zaitun (olive) yang (kelihatannya) direbus. Dan memang acara party ini fokus ke bertukar cerita, jadi makanan utama baru keluar setelah jam 10 malam. Tiwas saya membayangkan kalo birthday party itu nanti ada suara musik berdentum he...he...he.... Acara birthday party ini selesai jam 11 malam, dan saya pulang ke rumah dalam keadaan setengah beku.
Party yang ketiga adalah birthday party yang saya hadiri hari minggu kemarin. Sewaktu diundang, karena tidak mau pulang dalam keadaan beku lagi, saya bertanya dulu tentang jam acara. Ternyata jam 1 siang, waktu lunch. Okie...dokie...kalo begitu, saya langsung meng-iya-kan untuk join. Dan tempat yang dipilih adalah Corner House, satu tempat dengan cineworld, tempat saya menonton bioskop. Yihaaa....akhirnya dapat kesempatan juga makan-makan ditempat itu.
Hari minggu siang saya berangkat dari rumah. Kami berjanji ketemuan di lantai 1 Corner House. Ternyata waktu saya tiba, baru Fadi, yang berulang tahun, yang datang. Sembari mengunggu, kami membicarakan tujuan makan siang nanti. Ada banyak alternatif di Corner House, ada restoran italia, Restoran China, restoran Mexico....wah...jadi bingung. Saya bilang ke Fadi, pada prinsipnya saya tidak masalah mau pilih restoran mana saja, tapi kalo bisa yang menyediakan menu untuk vegetarian atau ada seafoodnya. Fadi cukup mengerti, karena meskipun dia seorang christian, tapi dia berasal dari Syiria, negara yang juga mayoritas muslim, jadi dia tahu alasan saya tanpa saya harus menjelaskan panjang lebar.
Setelah semua teman datang, kami melihat-lihat restoran di Corner House. Chinesse food juga kelihatannya enak, dan ada menu untuk vegetariannya. Tapi karena salah satu teman saya, Shaun berasal dari Taiwan, dan tentunya dia merasakan masakan chinesse di menu makanan dia sehari-hari, jadi kami memutuskan untuk ke restoran Italia, Bella Italia. Kasihan Shaun kalo harus merasakan masakan cina lagi he..he...sama aja bukan party bagi dia.........
Saya memesan pasta dengan topping prawn dan smoked salmon dan raspeberry juice. Bayangan saya tentang oregano yang menyengat dimasakan italia, ternyata hilang, saya tetap doyan aja tuh. Padahal, kalo di Indonesia, saya kurang bisa mentolerir aroma oregano di Pizza (dengan merek Pizza Hut), sehingga kalo makan pizza harus didampingi dengan minum coke yang banyak...he..he..he...ndeso ya..... Tapi pasta prawn dan salmon yang kemarin saya pesan, enak banget lho, tidak bikin eneg, atau mungkin nggak pake oregano...??? tidak taulah....
Untuk Fadi's birthday ini, tidak ada acara "drink" karena acara siang hari. Satu lagi pengetahuan yang saya dapat, ternyata acara drink wine itu hanya untuk acara malam hari. Mungkin kalo minum wine siang hari jadi panas banget kali yee....... Lagipula nanti mereka pulang dari party jadi nggak bisa menyetir mobil, karena aturan di UK, orang yang sedang dalam keadaan mabuk dilarang mengemudikan kendaraan.
Acara utama Fadi's birthday party ini adalah ngobrol-ngobrol, dan tentunya "cheers" untuk birthday party ini. Dan topiknya mulai dari masalah umur sampai ngerasani supervisor (suatu hal yang dilakukan oleh mahasiswa thd supervisornya, baik di Indonesia atau di UK). Dan tebak-tebakan masalah umur lagi, ternyata birthday party ini adalah ultah Fadi yang ke 26. Lho...saya kira malah dia seumur dengan saya. Dan waktu tebak-tebakan umur, saya lah yang paling tepat menebak umur mereka. Bagi saya itu mudah, karena mereka pasti berusia antara 23-27 tahun. Sedangkan waktu mereka menebak umur saya, salah besar tentunya, dan bikin mereka kaget waktu saya bilang umur saya 31 tahun he..he..he... Shaun sampai bilang, " I thought that you are at the same age with Veeren". Duh.....untungnya Veeren nggak datang birthday party ini, kalo tidak dia bisa marah disamakan dengan yang berusia 30an. Veeren masih berusia 23 tahun, dan baru lulus master degree setahun yang lalu. Teori tentang usia dari saya ternyata terbukti lagi ya...
Yang saya soroti dari setiap party yang diadakan ini, tiap orang selalu membayar sendiri apa yang mereka makan. Jadi jangan dibayangkan kalo yangg berulang tahun yang mentraktir teman-temannya seperti kalo di Indonesia. Pun saat christmas meal, kami membayar makanan masing masing, bukan menggunakan uang kas dari lab. Satu pelajaran lagi yang saya ambil, bahwa dengan membayar sendiri makanannya, menunjukkan perhatian yang besar pada temannya yang mengadakan acara dengan cara bersedia datang dan membayar makanannya sendiri. Padahal sering kalo di Indonesia, acara syukuran atau buka puasa bersama terlihat sepi karena tidak ada yang datang dengan berbagai alasan, padahal hanya tinggal datang, makanan sudah disediakan oleh yang punya hajat. Apalagi kalo diminta bayar sendiri ya......mungkin sama sekali tidak ada yang datang. Kesediaan menunjukkan perhatian ke orang lain ini yang patut kita contoh. Nanti, kalo pulang ke Indonesia, saya mau mengadakan tasyakuran untuk PhD saya nanti di restoran dengan meminta para tamu membayar sendiri makanannya, kira-kira bagaimana ya reaksinya???? Kayaknya stempel "PELIT" akan melekat pada saya seumur hidup.....:-)
Lain ladang lain belalang, lain lubuk ikannya.....
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.....................
(jangan bingung, saya cuma mau mengingat peribahasa yang diajarkan waktu eSDe)
Sunday, February 28, 2010
Nonton (ke) Bioskop Nyookk
Memang malam minggu paling cocok digunakan untuk pergi nonton ke bioskop seperti lagu dari alm. Benyamin S. Lagipula, selama di Nottingham, saya belum pernah pergi nonton ke bioskop, atau kalo orang bule bilang "cinema". Sebenarnya niat nonton ini sudah ada waktu tahun baru lalu, tapi pada waktu tahun baru kemarin, bus kota tidak ada yang beroperasi. Kalo bus kota libur, tentunya sulit bagi saya yang memang hanya punya "mobil besar" itu untuk mengantar jalan-jalan.
Booming film Bollywood "My name is Khan" juga sampai di Nottingham. Itu sebenarnya gara-gara saya membaca status teman-teman Indonesia di Facebook yang katanya sampai antri beli tiket untuk nonton film ini. Setelah saya lihat trailer nya di Youtube, dan kayaknya bagus, akhirnya saya dan teman memutuskan untuk menonton film ini.
Bioskop mana ya yang dipilih? Setelah browsing, pilihan kami jatuh pada Cineworld, karena hari dan waktunya sesuai dengan kebutuhan. He..he..he...ini pertama kali saya nonton bioskop diluar negara RI tercinta. Saya pergi nonton ke Cinema bersama seorang teman yang juga dari Indonesia, dan sama-sama belum pernah pergi nonton bioskop selain di Indonesia. Akhirnya kami memutuskan untuk menontin pertunjukan jam 4.30pm.
Karena hari itu adalah malam minggu, timbul juga kekhawatiran kalo nanti tidak kebagian tiket. Kan sayang rasanya kalo acara nonton yang sudah dinantikan jadi batal gara-gara kehabisan tiket. Akhirnya saya melalukan "booking" tiket online. Untuk student, harga tiketnya adalah 5.20 GBP, dan booking fee 0.70 GBP karena saya booking online. Booking fee ini hanya dikenakan untuk pemesanan tiket online. Jadi kalo beli langsung di loket, tidak ada booking fee. Cukup murah kan untuk ukuran student, dibandingkan dengan harga tiket untuk umum yang 7.5 GBP. Memang student card di UK sangat berguna sekali, seperti saat saya berkunjung ke Liverpool. Sisa sekitar 1.5 GBP kan bisa dipakai untuk beli cappucino dan sepotong flapjack.
Konfirmasi pembelian tiket online, dilakukan melalui e-mail dan sms ke no HP saya. Instruksi untuk penukaran tiket hanya meminta untuk memasukkan kartu debit yang saya gunakan untuk pembayaran ke mesin ticket collection yang ada di foyer gedung bioskop. Meskipun agak belum bisa membayangkan mesinnya itu seperti apa dan bagaimana proses penukarannya, ya sudahlah, saya simpan baik-baik konfirmasi lewat sms itu, karena disana menyebutkan no referensi tiket yang saya pesan.
Jam 3.45pm, saya dan teman berangkat ke gedung bioskop. Tentunya tidak bergandengan tangan seperti pada lagu Nonton Bioskop. Teman saya nonton sesama wanita, nanti malah aneh 'kan kalo bergandengan tangan. Lokasi Cineworld terletak di The Corner House, Nottingham, dekat dengan city centre. Untuk menuju kesana, kami menggunakan tram. Meski sudah beberapa bulan di Nottingham, baru kali ini saya masuk ke Corner House. Ternyata bukan hanya bioskop, Corner house juga menawarkan banyak restoran didalamnya. Boleh juga lah dicoba lain waktu.
(taken from Polymorp's Photostream)
Celingak-celinguk masuk gedung bioskop, saya dan teman mencari mesin ticket collection disekitar foyer. Oohh......ternyata mesin itu lagi dikerubuti beberapa orang yang sedang menggambil tiket. OK...Let's try how to collect tickets from the machine. Sesuai instruksi, saya masukkan debit card saya, dan sesaat setelahnya mesin meminta nomer PIN. Setelah PIN saya masukkan, pada mesin bertuliskan "find the order".....kira-kira 30 detik kemudian, keluar 2 tiket beserta receipt. Hmmm....benar-benar mesin yang cerdas (ya iya lah....namanya juga mesin).
Sesuai petunjuk di tiket, kami segera menuju screen 14, dimana film "My name is Khan" diputar. Masuk ruangan.....ternyata ruangannya kecil, tidak seperti di Indonesia, kira-kira hanya setengah dari rungan bioskop 21 di Indonesia. Kursinya juga sekitar 10 baris dan tiap baris kira-kira berisi 12 kursi yang dipisahkan dengan jalan (aisle) tepat dibagian tengah. Bingung juga untuk mencari tempat duduknya. Tidak ada petugas yang berjaga di depan pintu ruang. Tiket yang saya pegang hanya bertuliskan "Screen 14, seat GA, Row GA". Saya dan teman berusaha mencari Row yang bertuliskan GA, tapi kok nggak ada ya. Akhirnya kami duduk sesuai pilihan kami saja, toh nanti kalo ada penonton lain yang baru datang dan ternyata empunya kursi, kami akan pindah. Hingga film akan dimulai, dan ruangan hampir penuh, tidak ada yang komplain mengenai tempat duduk yang kami duduki. Saya jadi mengambil kesimpulan, berarti duduknya bisa milih sendiri, cepet-cepetan datang aja. Sssstt, sampai saat ini saya juga nggak tau arti "GA" yang ada di tiket itu apa.
Mengamati orang-orang yang nonton dalam ruangan itu, ternyata rata-rata berwajah India, dan Timur tengah, hanya ada 2 orang yang berwajah melayu (ya hanya saya dan teman.......) dan 2 bule. Mungkin karena film Bollywood kali yeee.....jadi nggak banyak bule yang tertarik menonton. Rata-rata penonton membawa sekotak popcorn ukuran sangat besar, seperti di film "Mr Bean" yang pernah saya lihat. Jadi kesimpulan saya, popcorn memang identik dengan acara nonton bioskop. Dan karena jam 4.30pm di UK saat ini sudah mulai gelap, sebagian dari penonton membawa dinner. Jadi heboh banget bawaannya. Saya malah berfikir, kenapa didalam bioskop tidak diberi meja bundar sekalian ya, supaya para penonton bisa santap malam dengan nyaman dengan duduk mengelilingi meja bundar itu (feel like home he....he..he...). Dan saya terbayang nasi rawon dan sambal terasi (masakan teman hari itu) yang tidak saya bawa. Kan lumayan, sambil nonton, sambil makan malam.
Jam 4.30 tepat layar dibuka. Tapi alamak....iklannya hampir 30 menit sendiri. Film baru mulai sekitar jam 5. Saat sedang menonton, layar tiba-tiba jadi gelap. Oh...sudah selesaikah filmnya? Durasi film (dari info yang saya lihat) sekitar 2 jam. Saya melihat jam tangan saya, masih jam 6, berarti film belum selesai. Tapi kenapa layar jadi gelap dan lampu ruangan menjadi terang? Melihat sekeliling saya, para penonton itu sebagian ada yang keluar. Ooooo....ternyata untuk memberi kesempatan para penonton jeda sejenak untuk pergi ke toilet atau membeli makanan-minuman. Kira-kira 15 menit kemudian, film kembali diputar. Untunglah, saya tidak pulang saat layar padam dan lampu ruang terang, berarti itu hanya dapat separuh film kan. Tapi bagus juga ya ide memberi jeda ditengah-tengah film diputar itu. Jadi para penonton tidak terganggu dengan penonton lain yang sering kali lalu lalang di depan layar untu keluar sekedar membeli minuman atau ke toilet.
Film yang saya tonton kemarin cukup menarik juga. Bisa membikin tertawa dan kemudian menangis. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pm saat film selesai diputar. Keluar dari Corner House, sudah ramai dengan orang-orang yang bersiap untuk dugem di malam minggu. Karena sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah, saya memutuskan untuk menginap di rumah teman saja. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan sekali, pertama kali nonton bioskop di negeri orang. Sampai di rumah teman, nasi rawon plus sambal terasi sudah menanti untuk disantap. Kayaknya boleh juga tuh, kalo lain kali nonton lagi, saya mau sangu makan malam: nasi rawon, sambel terasi, kerupuk udang......hmmmmm.....pasti nikmat nonton bioskop sambil makan malam. Kira-kira, penonton yang lain akan komplain nggak ya dengan aroma sambel terasi yang saya bawa......???
Sunday, February 21, 2010
How old are you?
Bicara masalah usia, ternyata ada 2 kategori usia. Ini dari beberapa artikel populer yang saya baca. Ada yang disebut "biological age" atau usia biologis dan "real age" atau usia sebenarnya. Usia biologis merupakan status fisik dari umur seseorang dan dihitung berdasarkan tanggal lahir. Sedangkan "real age", dihitung berdasarkan status kesehatan dan vitalitas seseorang. Biasanya, seseorang dengan gaya hidup yang sehat akan memiliki real-age yang lebih muda dibandingkan dengan biological-age nya. Mau coba menghitung real-age anda? Silahkan berkunjung kesini:
http://www.sonnyradio.com/realage.html
Kalo menurut perhitungan dari situs diatas, ternyata real-age saya sekitar 20an...he..he...lumayan lah...lebih muda 10 tahun dari saya.
Umur seseorang ternyata juga ditentukan dari status psikologis dan status sosialnya juga. Ini mungkin ada benarnya juga ya. Berdasarkan pengalaman saya, saya merasa lebih muda 5 tahun saat sedang sekolah, dalam arti tugas belajar, dibandingkan saat bekerja. Dan saat lulus dan kembali bertugas lagi, dalam tempo 6 bulan, saya sudah merasa lebih tua 5 tahun lagi. Jadi rasa lebih muda 5 tahun itu akhirnya lenyap dalam tempo 6 bulan......hu..hu..hu...sedihnya. Supaya terlihat muda lagi, saya memutuskan cepat-cepat sekolah lagi, lanjut program PhD, siapa tahu bisa jadi lebih muda 10 tahun ya......
Tapi itu menurut saya lho. Teman saya satu lab di PhD program, justru mengatakan sebaliknya. Dia berasal dari India dan saat ini sudah memasuki tahun ke 4 untuk PhD program. Saat dia tanya kenapa saya mau ambil PhD,dengan bercanda saya bilang kalo saya mau terlihat lebih muda dengan ambil PhD program. Dia langsung terkejut," really...?". Karena menurut teman saya itu, dia justru merasa lebih tua 5 tahun saat jadi PhD student. Dan memang usia-biologis teman saya itu 6 tahun lebih muda dari saya dan dia sekolah terus tanpa terputus sejak lulus undergraduate. He..he...he...dia memang belum pernah merasakan bekerja, padahal kalo bekerja kan malah jadi merasa lebih tua 10 tahun.......Betul tidak.....???
Teori saya kayaknya sudah mulai agak terbukti. Setiap hari, setiap berangkat kampus, saya selalu satu bis dengan Ibu muda yang juga berkerudung, yang saya kira usianya kurang lebih hampir sama dengan saya. Suatu hari, sembari menunggu bus datang, Ibu muda itu mengajak ngobrol, ternyata dia berasal dari Saudi arabia dan sedang mengambil Pre-sessional English di University of Nottingham untuk persiapan program Master, rencananya akan dia ambil September tahun ini. Setelah bertanya asal dan basa-basi, dia bertanya pada saya," Are you foundation student?". waduh.....GeEr juga sih sebenarnya dibilang foundation student, karena itu berarti saya masih terlihat seperti baru lulus SMA kan (eh sekarang SMU ya...). Foundation program itu merupakan program yang diperuntukkan untuk program persiapan calon mahasiswa undergraduate yang akan kuliah di university, dan biasanya untuk yang berasal dari luar UK. Padahal dalam hati saya pengin ngomong ke dia,"Bukankah kayaknya kita seumur?". Mungkin dia agak kurang percaya lihat PhD student masih pake sepatu boot bertali kali yee...
Satu lagi pengalaman saya tentang umur. Di kelas social conversation yang saya ikuti, untuk memancing topik pembicaraan, peserta diberikan bahan-bahan pertanyaan yang nanti bisa didiskusikan bersama partner masing-masing di kelas. Partner saya hari itu adalah third-year undergraduate student dari China, usianya berkisar 21-22 tahun. Topik yang jadi pembahasan kali ini adalah mengenai usia yang ideal untuk menikah. Kami masing-masing menulis pendapat kami pada kertas kosong, dan selanjutnya mendiskusikannya. Saya menulis angka 27 sebagai usia yang ideal untuk menikah, partner saya menulis 28 tahun. Karena ini adalah kelas social conversation, dia menanyakan kenapa 27 tahun adalah usia yang ideal untuk menikah. Saya bilang ke dia, bahwa di usia 27 tahun, biasanya sudah selesai sekolah, sudah punya pekerjaan tetap dan mulai menata hidup untuk lebih mapan, jadi menurut saya 27 tahun adalah usia yang tepat. Dia juga membenarkan, karena memang pendapat dia mengenai usia ideal untuk menikah, juga hampir sama dengan saya. Tapi, kata-kata dia yang terakhir yang bikin saya mau ketawa ngakak.....Dia bilang begini: That's good, jadi memang sebaiknya setelah kamu selesai PhD, kamu bekerja dulu beberapa tahun, baru menikah....Gubrakkk.....Dia kira umur saya berapa ya? Kalo 27 tahun bagi saya sudah lewat 4 tahun yang lalu....'kan pertanyaannya pendapat kita mengenai berapa usia yang ideal untuk menikah, bukan umur berapa saya mau menikah. Tapi nggak apa-apa lah.....mungkin dia mengira saya masih berusia 23-25an, seperti rata-rata PhD students di tempat saya kuliah ini.
Teman saya, yang juga berasal dari Indonesia, juga sering bikin teman-teman kami asli UK tidak percaya kalo dia sudah punya anak yang berusia 9 tahun. Mereka sampai bertanya, umur berapa waktu menikah dulu? 18 tahun kah? padahal teman saya itu menikah umur 26 tahun dan melahirkan anak pertamanya umur 27 tahun. Mungkin tipikal orang Indonesia yang memang awet muda ya. Makanya, kalo kami membicarakan masalah umur dengan teman-teman dari UK, mereka sering nggak percaya kalo saya bilang umur saya sudah 30an. Tapi jelas nggak mungkin kan kalo saya bohong masalah umur kepada mereka. Dan akhirnya bule-bule itu bilang, mungkin kamu terlihat lebih muda dan segar karena di negaramu kaya akan sinar matahari yang cerah, yang tidak selalu akan didapatkan di negara-negara Eropa. Iya..iya...mungkin juga itu penyebabnya.....kok malah saya nggak kepikir sampai kesitu ya.....Yang jelas, saya bangga jadi orang Indonesia, bisa bertemu sinar matahari cerah setiap hari dan sehingga jadi terlihat lebih muda.
(Sehabis mengingat soal usia karena ada seorang teman yang baru merayakan ulang tahun ke 36)
Sunday, January 31, 2010
Dari sebuah kuisioner yang saya peroleh, terdapat 11 pertanyaan yang harus diisi secara spontan. Salah satu perintah pada kuisioner tersebut adalah kita diminta untuk menulis nama lawan jenis yang kita kenal pada urutan no.3 dan no. 7. Dari pembahasan kuisioner yang saya
peroleh, biasanya seseorang akan menuliskan nama orang yang paling dicintainya atau pasangannya pada urutan no.3 dan menuliskan nama orang lain yang juga dicintainya tetapi bukan pasangannya ( TTM ?) pada urutan no. 7.
Hasil survey yang telah saya lakukan, ternyata antara wanita dan pria memberikan hasil yang sangat berbeda bermakna. Pada responden wanita, mereka akan selalu menulis nama suaminya (responden yang sudah menikah) atau pacarnya (responden yang belum menikah), sedangkan pada no. 7 ada beberapa yang menulis nama saudara kandung, sahabat, bahkan
ada yang tidak mengisi sama sekali urutan no. 7 ini. Alasan mereka tidak mengisi urutan no.7 ini karena tidak ada nama pria lain yang diingat (mereka harus mengisi kuisioner ini secara spontan dan cepat).
Survey pada responden pria, hasilnya sangat mengejutkan. Pada responden pria, tidak ada responden pria yang menulis nama istri (responden yang sudah menikah) atau pacar (responden yang belum menikah) pada urutan no.3. Dari beberapa responden pria, paling banter mereka menulis nama anak mereka pada urutan no. 3. Bahkan yang lebih mengejutkan ada responden pria yang sudah menikah justrumenulis nama teman wanitanya, bukan nama istrinya. Untungnya tidak ada diantara responden pria yang menulis nama saya diurutan no.3 itu, (paling banter nama saya ada diurutan no.4, no.5, no.6 atau no.7, setidaknya mereka selalu ingat saya………:-)).
Nah lo…….terbukti ‘kan wanita lebih setia terhadap pasangannya dengan indikator bahwa mereka secara spontan akan selalu ingat pada pasangannya dimanapun mereka
berada.
Wah………., hasil yang sangat berbeda bermakna sekali ‘kan antara pria dan wanita. Jadi jika banyak pria yang pada akhirnya melakukan poligami, itu sudah merupakan “naluri lelaki” yang memang cenderung tidak setia pada pasangannya. Pada wanita cenderung untuk selalu setia pada pasangannya, sehingga kadang mereka pasrah menerima tindakan yang dilakukan suami terhadap dirinya, termasuk jika harus “di-poligami”. Sepertinya “naluri wanita” untuk selalu setia pada pasangannya ini yang akan selalu dimanfaatkan para pria (Untuk para wanita: berhati-hatilah!!!!………….).
(Sebuah survey kecil-kecilan sambil menunggu waktu sampling, sekaligus menguji validitas kuisioner ini. Thanks to Ika yang sudah mem”forward” kuisioner ini ke milis)
Re-posting dari Friendster blog....ternyata tulisan ini saya buat 3 tahun yang lalu..
Oohh...how old I am........
Visit Liverpool
Sabtu jam 7.20am, saat hari masih gelap, saya sudah berangkat dari rumah. Kami berkumpul di kampus jam 8. Jam 8 tepat, bis yang akan membawa kami sudah datang. Ternyata cukup banyak juga yang ikut ke Liverpool. Total ada 5 bis yang membawa rombongan dari University of Nottingham.
Perjalanan dari Nottingham ke Liverpool menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Tiba di Liverpool, akhirnya rombongan berpencar. Dari hasil browsing sebelum berangkat, ternyata Liverpool terkenal sebagai kota pelabuhan. Ada beberapa dermaga yang terkenal di Liverpool. Albert Dock merupakan salah satunya, dan menawarkan beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Seperti kota-kota di Inggris yang lain, Liverpool kelihatannya juga tidak terlalu luas. Untuk menuju ke Albert Dock, kami hanya berjalan kaki, tidak terlalu jauh dari tempat bis berhenti, didaerah City Centre.
Albert Dock menawarkan beberapa tempat menarik untuk dikunjungi antara lain The Beatles Story, Merseyside maritime museum, International Slavery museum, Tate Liverpool dan Piermaster's house. Sepertinya The Beatles story paling menarik untuk dikunjungi.
The Beatles, grup band yang paling mendunia tahun 1950-1970 memang berasal dari kota Liverpool. The Beatles Story mengemas ini dalam sebuah bangunan yang menceritakan lahirnya grup band terkenal ini. Untuk biaya masuknya, karena saya student, hanya membayar 8.5 GBP,diskon 30% dari bea masuk untuk umum (sekitar 11 GBP). Lumayan juga diskonnya, jadi bisa untuk beli jajan kopi dan makan siang. Memang di UK, tempat wisata selalu memberikan harga khusus untuk student,dan diskonnya lumayan. Jadi kalo anda student, jangan lupa bawa student card ya...
The Beatles Story memang sangat menarik. Saya yang tidak begitu tahu sejarah tentang band ini, jadi tau lebih banyak. Mulai dari awal merekrut anggota band, kemudian mereka mulai terkenal dan akhirnya bubar. Lagipula, selama menikmati The Beatles Story, kuping selalu dimanjakan dengan lagu-lagu The Beatles yang ternyata asik-asik juga. Mulai dari Let it be, Imagine, please please me, My Bonnie, Hei Jude...wah...benar benar menyenangkan
Ternyata histeria fans terhadap idolanya juga sudah ada sejak tahun 1950an. Terlihat dari foto-foto dan video saat The Beatles show ke beberapa tempat. Bagaimana histerisnya fans itu melihat idolanya pentas, sampai pingsan segala he..he...he....Trus ada juga iklan jaket jaman tahun 1950an yang katanya seperti model The Beatles. Bisa dicicil juga belinya. Ini nih foto jaketnya:
Jaket paling keren......
Keluar dari The Beatles, saya pindah ke Tate Liverpool. Tate Liverpool ternyata art gallery berisi patung-patung yang unik. Karena saya bukan penggemar seni patung, jadi tempat ini tidak begitu menarik bagi saya. Keluar dari Tate, tujuan berpindah ke Piermaster's house. Piermaster's house ini menggambarkan suasana rumah penduduk dimasa perang dunia kedua. Suasananya Inggris banget lah....ada mesin jahit kuno, living room lengkap dengan perapiannya, kamar tidur anak-anak lengkap dengan mainan anak-anak. Suasananya juga mendukung sekali, ruangannya juga berbau spesifik (yang menurut istilah saya "bau kuno"). Tapi asli lho...karena bau itu saya jadi merinding sendiri. Jadi cepat-cepat pengin meninggalkan Piermaster's House itu. Ditambah lagi, waktu saya dan teman berfoto di depan pintu masuk, penjaga tempat itu yang juga terlihat "dingin" tiba-tiba menghilang....nggak tau kemana...hi..............
Tujuan selanjutnya adalah berkunjung ke Merseyside Museum dan International Slavery Museum. Merseyside Museum adalah museum maritime sehingga menggambarkan segala sesuatu tentang laut. Ada juga sejarah Kapal Titanic dan Lusitania. Yang menarik bagi saya justru saat berkunjung ke International Slavery Museum. Ya...museum perbudakan. Ternyata Liverpool merupakan pelabuhan utama tempat masuknya pendatang dari Afrika yang akhirnya menjadi budak, selama tahun 1500-1800. Museum ini memang bertujuan mengajak dunia untuk memblokir segala bentuk perbudakan yang sampai saat ini masih terjadi dalam bentuk trafficking (perdagangan manusia). Karena Liverpool adalah kota pelabuhan, Liverpool jadi tempat masuknya korban trafficking dari seluruh dunia. Membaca testimoni dari para korban trafficking dan keluarga korban trafficking, jadi terharu. Itu semua bukan kehendak mereka, tapi mereka adalah korban.
Keluar dari wilayah Albert Dock, kami memutuskan untuk mengunjungi World Museum Liverpool. World museum Liverpool ini berisi kekayaan budaya dari seluruh dunia. Mulai dari Amerika, Afrika sampai Asia. Disini juga ada Wayang kulit, atau disebut Java Shadow Puppet yang masuk sebagai kekayaan buadaya dari wilayah Asia. Sayangnya, negara Indonesia sebagai pemilik budaya ini tidak disebut. Padahal disebelah wayang kulit ini, ada patung-patung dari Burma, disebut nama negaranya. Wah...salah-salah nanti justru wayang kulit ini dikira dari Burma.
Enggak ke Stadion Liverpool yang terkenal itu? Penginnya sih, tapi sayang waktu tidak memungkinkan. Keluar dari World museum, jam sudah menunjukkan pukul 4.15pm. Padahal kami harus berkumpul dengan rombongan dari Uni of Nottingham jam 5pm, untuk kemudian bertolak kembali ke Nottingham. Mungkin lain waktu saya tetap ingin berkunjung ke stadion Liverpool.
Jam sudah menunjukkan pukul 7.50pm saat kami tiba di East Drive, University Park. Liverpool ternyata kota yang cukup menyenangkan karena banyak objek yang bisa dikunjungi. Dari semua tempat yang di Liverpool, The Beatles Story adalah tempat favorit saya. Ini adalah pertama kalinya saya "jatuh cinta" dengan tempat seperti "museum" itu, karena menarik pengunjung dengan sejarah yang disampaikan simple dan jelas, ditambah lagi ada musik sepanjang kunjungan di dalam bangunan itu.
Dua puluh menit dari jam tiba di East Drive, saya sudah sampai di kamar saya yang sudah menjadi hangat (karena pemanas sudah hidup). Tinggal kaki nih yang rasanya pegeelll...Oh...jadi rindu tukang pijet....he..he...he...
(Posting di malam minggu sambil mikir bulan depan mau jalan kemana lagi ya??)